Slide Title 1

Aenean quis facilisis massa. Cras justo odio, scelerisque nec dignissim quis, cursus a odio. Duis ut dui vel purus aliquet tristique.

Slide Title 2

Morbi quis tellus eu turpis lacinia pharetra non eget lectus. Vestibulum ante ipsum primis in faucibus orci luctus et ultrices posuere cubilia Curae; Donec.

Slide Title 3

In ornare lacus sit amet est aliquet ac tincidunt tellus semper. Pellentesque habitant morbi tristique senectus et netus et malesuada fames ac turpis egestas.

Senin, 25 Juni 2012

proposal

PROPOSAL PENELITIAN
Di Ajukan Untuk Memenuhi Tugas UAS Mata Kuliah
“ Metode Penelitian ”
 








Dosen pembimbing:
H. Ahmad Zaini, MA

Oleh:
Evi Fitriyani                                   D71210138

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
2012
PROPOSAL PENELITIAN ILMIAH

I.        Judul Penelitian
Pengaruh metode hafalan dalam pembelajaran al quran di sore hari terhadap keaktifan kehadiran santriwati yayasan pondok pesantren putri An-Nuriyah Wonocolo-Surabaya.

II.      Pendahuluan
A.    Latar Belakang Masalah
Pesantren, jika disandingkan dengan lembaga pendidikan yang pernah muncul di Indonesia, merupakan sistem pendidikan tertua saat ini dan di anggap sebagai produk budaya Indonesia yang indigenous.[1]
Sedangkan pondok sering kali digunakan bagi perumahan-perumahan kecil di sawah atau ladang sebagai tempat peristirahatan sementara bagi para petani yang sedang bekerja. Namun pemahaman semacam ini, pada era sekarang mengalami perbedaaan. Sebenarnya penggunaan gabungan kedua istilah secara integral yakni pondok dan pesantren menjadi pondok pesantren lebih mengakomodasikan karakter keduanya. Pondok pesantren menurut M.Arifin berarti, suatu lembaga pendidikan agama islam yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitar, dengan sistem asrama (komplek) di mana santri-santri menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada di bawah kedaulatan dari leadership seorang atau beberapa orang kiai dengan ciri-ciri khas yang bersifat karismatik serta independen dalam segala hal.[2]
Secara esensial, sistem pendidikan pesantren yang dianggap khas ternyata bukan sesuatu yang baru jika dibandingkan sistem pendidikan sebelumnya. I.P. Simanjutak menegaskan bahwa masuknya islam tidak mengubah hakikat pengajaran agama secara formil. Dalam perkembangan zaman seperti saat ini, pesantren banyak yang menyesuaikan dengan dunia modern. Dimana dulu pondok pesantren terkenal dengan pendidikan yang tradisional (salaf) sedangkan saat ini banyak muncul pondok pesantren modern, dimana pondok tersebut memaksukkan unsur perkembangan teknologi seperti internet dan lain-lain.
Metode pembelajaran pesantren pun sangat beragam , baik tradisional maupun kombinatif. Salah satu contoh yakni metode hafalan. Metode hafalan ini dipertahankan dengan alasan bahwa orang-orang yang hafal adalah argumen atas orang-orang yang tidak hafal’ (al-huffadh hujjah ‘ala man la yahfadh).[3] Dalam kenyataannya seperti hal nya pengalaman para santri pesantren yang rata-rata menumpuk hafalan dalam belajarnya, memang memberi kesan yang kuat pada memorinya.
Akan tetapi, praktek hafalan dipesantren hampir meniadakan aspek-aspek pemahaman kognitif-rasional dan pengembangan wawasan. Maka, diperlukan adanya perimbangan (balancing) antara aspek afektif (hafalan) dan kognitif (pemahaman rasional) dalam proses pengajaran kitab kuning. Metode hafalan juga menyebabkan santri cepat jenuh terutama di pesantren yang menetapkan sistem klasikal. Jika saja terdapat minat terhadap hafalan hanya karena motivasi “barokah” , suatu motivasi yang mengarah pada religio-mistis dan sebaliknya, kurang mengarah pada keilmuan.
Tidak dipungkiri juga dalam sebuah pondok pesantren mahasiswa An-Nuriyah Surabaya, menggunakan pendidikan yang modern, tanpa menghilangkan unsur tradisional yang ada sebelumnya. Metode hafalan pun masih tetap dilestarikan , yang mana metode ini sangat membawa pengaruh yang beragam dari para santriwati nya.
Dalam pembelajaran al quran, sering kali metode hafalan ini diberlakukan, setiap kali pertemuan pasti ada materi baru yang disampaikan. Yang mana materi kemarin belum tentu di kuasai oleh beberapa santri. Dan materi-materi tersebut haruslah di hafal di luar kepala. Metode hafalan memang sangatlah membawa pengaruh besar bagi santriwati An-Nuriyah, baik dalam hal keaktifan maupun psikologi nya.
Tak sekedar menjadi santri namun kebanyakan dari mereka adalah seorang mahasiswa. Posisi semacam ini lah yang biasanya membawa pengaruh besar bagi setiap individu. Metode mengajar oleh pembimbing nya juga berpengaruh terhadap para santri. Entah metode yang digunakan cenderung monoton dan sebagainya.
Untuk itu dalam proposal kali ini akan di bahas mengenai pengaruh metode hafalan dalam pembelajaran al quran di sore hari terhadap keaktifan santriwati yayasan pondok pesantren putri An-Nuriyah Wonocolo-Surabaya.

B.    Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini penulis mencoba merumuskan persoalan dalam bentuk pertanyaan:
1.     Bagaimana pengaruh metode hafalan dalam pembelajaran al quran di sore hari terhadap keaktifan kehadiran santriwati An-Nuriyah?
2.     Bagaimana pengaruh  metode hafalan dalam pembelajaran al quran di sore hari terhadap psikologi santriwati An-Nuriyah?
3.     Bagaimana pengaruh  metode hafalan dalam pembelajaran al quran di sore hari terhadap penguasaan materi santriwati An-Nuriyah?

C.    Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1.     Untuk mengetahui bagaimana pengaruh metode hafalan dalam pembelajaran al quran di sore hari terhadap keaktifan kehadiran santriwati An-Nuriyah.
2.     Untuk mengetahui bagaimana pengaruh  metode hafalan dalam pembelajaran al quran di sore hari terhadap psikologi santriwati An-Nuriyah.
3.     Untuk mengetahui bagaimana pengaruh  metode hafalan dalam pembelajaran al quran di sore hari terhadap penguasaan materi santriwati An-Nuriyah.

D.    Kegunaan Penelitian
Penelitian yang penulis lakukan ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi penulis sendiri, maupun bagi para pembaca atau pihak-pihak lain yang berkepentingan.
1.     Manfaat Akademis
Penelitian ini erat hubungannya dengan mata kuliah metode penelitian, sehingga dengan melakukan penelitian ini diharapkan penulis  dan semua pihak yang berkepentingan dapat lebih memahaminya.
2.     Manfaat dalam implementasi atau praktek
Penelitian ini memfokuskan kepada pondok pesantren putri An-Nuriyah sebagai objek penelitian, sehingga diharapkan dengan adanya penelitian ini, para pengambil kebijakan dalam pondok pesantren putri An-Nuriyah, bisa menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan kurikulum atau pun metode pengajarannya.

E.    Batasan Masalah
Mengingat begitu luasnya ruang lingkup pada penelitian ini, maka penulis
membatasi permasalahan tersebut pada:
1.  Mengingat banyaknya jumlah santriwati an-nuriyah, maka penulis dalam penelitian  ini hanya menggunakan keaktifan kehadiran pada santriwati group intan dan mawar sebagai bahan penelitian.
2.  Kegiatan mengaji sore di adakan setiap hari senin,selasa, rabu, jumat, sehingga penulis akan melihat keaktifan santriwati pada hari senin-selasa saja.
3. Data absensi santriwati hanya menggunakan yang bulan mei saja.
III.           Prosedur Penelitian
A.  Metode Penelitian
Untuk menjawab rumusan masalah, diperlukan metode penelitian.[4] Metode yang akan di gunakan ialah metode survey yakni melihat keadaan langsung yang ada di pondok pesantren putri an-nuriyah, dalam hal ini akan di survey tentang metode pengajaran al quran di sore hari dan keadaan santriwati nya dalam menghadapi kegiatan tersebut.

B.  Populasi dan Sampel
Populasi       : populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek / subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini populasi nya yakni Metode pengajaran al quran dan santriwati pondok pesantren putri an-nuriyah yang berjumlah 200 orang.

Sampel         :  sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Yang akan dijadikan sample pada penelitian kali ini yaitu 5 % dari jumlah santriwati group intan dan mawar:
 X 150 = 15 , jadi hanya 15 orang santri yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini.

C.  Teknik Sampel
Teknik sampel adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Karena dalam pondok pesantren putri an-nuriyah terdapat empat angkatan santri maka teknik sampel yang di gunakan yakni “Stratified Random Sampling”. Namun pada penelitian ini hanya dua angkatan yang dijadikan obyek penelitian. Dengan rincian jumlah santri sebagai berikut:
1.     Angkatan 2010      = 80 orang
2.     Angkatan 2011      = 70 orang

D.  Sumber Data
Sumber data bisa diperoleh dari :
1.     Sumber data primer     : santriwati pondok pesantren an-nuriyah.
2.    Sumber data sekunder   : ustadzah nya dan absensi kegiatan santriwati.

E.  Teknik Sumber Data
Teknik sumber data yakni angket. Angket akan diberikan kepada 15 orang santriwati pondok pesantren putri an-nuriyah sebagai sampel dari penelitian ini.

IV.           RENCANA BIAYA PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian karya ilmiah untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana pada institut agama islam negeri sunan ampel, maka semua biaya penelitian ditanggung oleh penulis.

V.     JADWAL WAKTU PENELITIAN
1.       Minggu I: Persiapan.
2.       Minggu II – IV: Pengumpulan data, pengolahan data secara garis besar.
3.       Minggu V – IX: Penyusunan laporan draf, mulai dari BAB I sampai dengan BAB V .
4.       Minggu X - XII: Laporan akhir.

DAFTAR PUSTAKA
Sulthon Masyhud, Moh.Khusnurdilo. 2005 . Manajemen Pondok Pesantren, Jakarta: DIVA PUSTAKA.
Mujamil Qomar, 2008. Pesantren, Jakarta: Erlangga.
Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif  kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.



[1] Sulthon Masyhud, Moh.Khusnurdilo. Manajemen Pondok Pesantren, (Jakarta: DIVA PUSTAKA, 2005),h. 1
[2] Mujamil Qomar, Pesantren, (Jakarta: Erlangga, 2008),h. 2
[3]Ibid, h.154
[4]Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif  kualitatif dan R&D. (Bandung: Alfabeta,2010),h.285
readmore »»  

Senin, 18 Juni 2012

EVALUASI KURIKULUM

EVALUASI KURIKULUM
Di Ajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“ Pengembangan Kurikulum ”






Dosen pembimbing:
Dr. H. Ach. Muhibbin Zuhri, M.Ag

Disusun Oleh:
Evi Fitriyani                            D71210138
Khoirul Anam Muawwan       D71210142
Jadmiko Aji Saputro               D71211139


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Menurut pengertian modern , kurikulum meliputi segala aspek dan lapangan hidup manusia dalam masyarakat modern ini yang dapat dimasukkan ke dalam tanggung jawab sekolah, yang dapat dipergunakan untuk mengembangkan pribadi murid serta memberi sumbangan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat.
Dari pengertian tersebut di atas jelaslah bahwa kurikulum bukan hanya apa yang tercantum apa yang tercantum di dalam “Buku Pedoman Kerja” atau “Garis-garis Besar Program Pengajaran”, melainkan  mencakup semua kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan sekolah, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis.[1]
Evaluasi merupakan komponen yang penting pula dalam kurikulum. Evaluasi bertujan untuk mengetahui seberapa besar efisiensi proses belajar yang sudah berlangsung. Tanpa adanya evaluasi, tidaklah pernah diketahui berhasil tidaknya usaha anak dan guru dalam proses belajar dan mengajar.[2]
Dalam arti luas , evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat luas diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan (Mehrens & Lehmann,1978:5).
Sehingga dalam makalah kali ini akan dibahas mengenai evaluasi kurikulum, yang sangat memiliki tujuan besar atas terselenggaranya proses pengajaran.
B.      Rumusan Masalah
1.     Apa definisi evaluasi kurikulum?
2.     Apa aspek evaluasi kurikulum?
3.     Bagaimana desain evaluasi kurikulum?
C.      Tujuan dan Manfaat
1.     Mengetahui apa definisi evaluasi kurikulum.
2.     Mengetahui aspek evaluasi kurikulum.
3.     Mengetahui bagaimana  desain kurikulum.

BAB II
PEMBAHASAN


A.    Definisi
Banyak ahli yang telah menyumbangkan buah pikirannya tenang evaluasi kurikulum, antara lain Stephen Wiseman dan Douglas Pidgeson dalam bukunya Curriculum Evaluasion. Menurut Morrison, evaluasi adalah perbuatan pertimbangan berdasarkan seperangkat kriteria yang disepakati dan dapat dipertimbangkan dan dapat dipertanggung jawabkan.[3]
Dalam buku The School Curriculum, evaluasi dinyatakan sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data secara sistematis, yang bertujuan untuk membantu pendidik memahami dan menilai suatu kurikulum, serta memperbaiki metode pendidikan. Evaluasi merupakan suatu kegiatan untuk mengetahui dan memutuskan apakah program yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan semula.[4]
Adapun dalam buku Curriculum Planning and Development, dinyatakan bahwa evaluasi adalah proses untuk menilai kinerja pelaksanaan suatu kurikulum. Di dalamnya terdapat tiga makna, yaitu :[5]
1.       Evaluasi tidak akan terjadi kecuali telah mengetahui tujuan yang akan dicapai,
2.       Untuk mencapai tujuan tersebut harus diperiksa hal-hal yang telah dan sedang dilakukan, dan
3.       Evaluasi harus mengambil kesimpulan berdasarkan kriteria tertentu.
Evaluasi kurikulum memegang peranan penting baik dalam penentuan kebijaksanaan pendidikan pada umumnya, maupun dalam pengambilan keputusan dalam kurikulum.
Evaluasi kurikulum sukar dirumuskan secara tegas, hal itu disebabkan beberapa faktor:
1.     Evaluasi kurikulum berkenaan dengan fenomena-fenomena yang terus berubah.
2.     Objek evaluasi kurikulum adalah sesuatu yang berubah-ubah sesuai dengan konsep kurikulum yang di gunakan.
3.     Evaluasi kurikulum merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh manusia yang sifat nya juga berubah.
Evaluasi dan kurikulum merupakan dua disiplin yang berdir sendiri. Evaluasi merupakan kegiatan yang luas, kompleks terus menerus untuk mengetahui proses dan hasil pelaksanaan sistem pendidikan dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.[6]
Komponen-komponen kurikulum yang dievaluasi juga sangat luas. Program evaluasi kurikulum bukan hanya mengevaluasi hasil belajar siswa dan proses pembelajarannya, tetapi juga desain dan implementasi kurikulum, kemampuan dan unjuk kerja guru, kemampuan dan kemajuan siswa, sarana, fasilitas dan sumber-sumber belajar, dan lain-lain. Hilda Taba menjelaskan hal-hal yang dievaluasi dalam  kurikulum meliputi: Objective, it scope,the quality of personnel in charger of it, the capacities of the students, the relative importance of various subject, the degree to which objectives are implemented, the equipment and materials and so son (Taba,1962:310).
Apa yang dikemukakan di atas merupakan konsep evaluasi kurikulum yang sangat luas yang mencakup seluruh komponen dan kegiatan pendidikan. Evaluasi kurikulum sering juga dibatasi secara sempit, yaitu hanya ditekankan pada hasil-hasil yang dicapai oleh murid.
Luas atau sempitnya suatu program evaluasi kurikulum sebenarnya ditentukan oleh tujuannya. Evaluasi kurikulum juga bervariasi bergantung pada dimensi-dimensi yang menjadi fokus evaluasi. Salah satu dimensi yang sering mendapat sorotan adalah dimensi kuantitas dan kualitas.

B.    Berbagai Aspek Pengembangan Kurikulum
Dalam teori dan praktik pendidikan, evaluasi kurikulum merupakan suatu bidang yang berkembang dengan cepat, termasuk evaluasi terhadap implementasi kurikulum. Evaluasi kurikulum terdiri atas berbagai aspek yang saling berhubungan, yang akan dijelaskan berikut ini.[7]
1.     Keterkaitan antara evaluasi kurikulum dan pengembangan kurikulum
a.     Evaluasi kurikulum dan sistem kurikulum
Sebagai suatu bagian dari sistem evaluasi pendidikan sekolah, secara fungsional evaluasi kurikulum  juga merupakan bagian dari sistem kurikulum. Sistem kurikulum memiliki tiga fungsi pokok, yaitu pengembangan kurikulum, pelaksanaan kurikulum, dan evaluasi efek sistem kurikulum.[8]
Evaluasi kurikulum minimal berfokus pada empat bidang, yaitu evaluasi terhadap penggunaan kurikulum, desain kurikulum, hasil dari siswa, dan sistem kurikulum. Umpan dari evaluasi akan memulihkan vitalitas berbagai bagian dari sistem kurikulum. Seleksi dan pengorganisasian pihak-pihak pengembangan kurikulum, prosedur penyusunan, pengaturan, dan pelaksanaan kurikulum, fungsi koordinator dalam tim penyusunan, pengaruh tingkat guru dan kondisi pengajaran terhadap kurikulum, semuanya perlu dievaluasi dan hasilnya dapat memperbaiki sistem kurikulum secara keseluruhan.[9]
b.     Evaluasi kurikulum dan pengembangan kurikulum
Kapan diadakan evaluasi kurikulum, pada posisi mana dan apa makna evaluasi kurikulum pada proses pengembangan kurikulum, merupakan masalah yang menarik bagi para pengembang kurikulum. Taylor berpendapat bahwa evaluasi kurikulum minimal terjadi dua kali, yatitu pada awal dan akhir pengembangan kurikulum agar dapat mengukur perubahan dalam jangka waktu tersebut. Namun ia juga berpendapat bahwa hal ini harus dilaksanakan berturut-turut sepanjang pengemabngan kurikulum yang terdiri atas empat tahapan, yaitu penentuan tujuan pendidikan, pemilihan pengalaman pembelajaran, pengorganisasian pembelajaran, dan evaluasi efek pembelajaran, dan evaluasi efek pembelajaran.[10]
Pengembangan kurikulum adalah proses yang meliputi kegiatan untuk melakukan percobaan evaluasi, sehinggan kekurangan yang ditemukan dapat diperbaiki untuk hasil yang lebih baik. Evaluasi terhadap penyusunan dan perancangan kurikulum sulit dan rumit, serta tidak memliki kriteria yang sama.[11]
Untuk mengembangkan fungsi dan makna evaluasi kurikulum terhadap pengembangan kurikulum, ada empat keadaan yang harus dihindari, yaitu :
1)     Apabila dalam desain kurikulum sama sekali tiak terdapat rancangan evaluasi, desain itu tidak perlu dilaksanakan;
2)     Apabila dalam proses evaluasi terjadi penyimpangan tujuan evaluasi;
3)     Apabila tidak menghiraukan kesimpulan dan penilaian kesimpulan yang sudah ada.
4)     Evaluasi seringkali digunakan sebagai alat peserta didik yang justru sebenarnya harus menimbulkan kepercayaan diri pada peserta didik.

2.     Prinsip-prinsip evaluasi kurikulum
Prinsip-prinsip evaluasi kurikulum adalah sebagai berikut :
a.      Tujuan tertentu, artinya setiap program evaluasi kurikulum terarah daam mencapai tujuan yang telah ditentukan secara jelas dan spesifik. Tujuan-tujuan itu pula yang mengarahkan berbagai kegiatan dalam proses pelaksanaan evaluasi kurikulum.
b.     Bersifat objektif, dalam artian berpijak pada kedaan yang sebenarnya, bersumber dari data yang nyata dan akurat, yang diperoleh melalui instrument yang andal.
c.      Bersifat komprehensif, mencangkup semua dimensi atau aspek yang terdapat dalm ruang lingkup kurikulum. Seluruh komponen kurikulum harus mendapat perhatian dan perhatian terhadap seksama sebelum dilakukan pengambilan keputusan.
d.     Kooperatif dan bertanggung jawab dalam perencanaan, pelaksanaan dan keberhasilan dari suatu progress evaluasi kurikulum merupakan tanggung jawab pihak-pihak yang terlibat dalam proses pendidikan seperti guru, kepala sekolah, penilik, orang trua, bahkan siswa itu sendiri, disamping merupakan tanggung jawab utama lembaga penelitaian dan pengembangan.
e.      Efisien, khususnya dalam penggunaan waktu, biaya, tenaga, dan peralatan yang menjadi unsur penunjang. Oleh karena itu, harus diupayakan agar evaluasi lebih tinggi, atau paling tidak berimbang dengan materiil yang diguankan.
f.      Berkesinambungan, hal ini diperlukan untuk mengingat tuntutan dari dalam dan luar system sekolah, yang meminta diadakannya perbaikan kurikulum. Untuk itu,peran guru dan kepala sekolah sangatlah penting, karena mereka yang palig mengetahui pelaksanaan, permasalahan, dan keberhasilan kurikulum.

3.     Jenis-jenis startegi kurikulum
Teori evaluasi mengandung kerangka kerja konseptual bagi pengembangan strategi evaluasi. Strategi evaluasi dikembangkan bedasarkan asumsi-asumsi berikut:
a.      Mutu program bergantung pada mutu keputusan yang dibuat;
b.     Mutu keputusan bergantung pada kemampuan manajer untuk mengidentifikasi berbagai alternatif yang terdapat dalam berbagai situasi keputusan, melalui berbagai pertimbangan yang seksama;
c.      Dalam pembuatan keputusan yang seksama, dibutuhkan informasi yang tepat dan dapat dipercaya;
d.     Pengadaan informasi tersebut memerlukan alat yang sistematis ; dan
e.      Proses pengadaan informasi bagi pembuatan keputusan erat hubungannya dengan konsep evaluasi yang digunakan.
Secara lebih tegas , evaluasi bertujuan untuk menyediakan informasi bagi pembuat keputusan. Berkaitan dengan hal ini, ada empat jenis keputusan yang perlu dpertimbangkan dalam menilai suatu program, yaitu:
1.     Keputusan- keputusan perencanaan yang ditujukan bagi perbaikan yang dibutuhkan pada daerah tertentu, tujuan umum, dan tujuan khusus;
2.     Keputusan – keputusan pemrograman khusus yang berkenaan dengan prosedur , personel, fasilitas, anggaran biaya, dan tuntutan waktu dalam pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan;
3.     Keputusan – keputusan pelaksanaan (implementasi) dalam mengarahkan kegiatan yang telah diprogram;dan
4.     Keputusan-keputusan program perbaikan yang meliputi berbagai kegiatan perubahan, penerusan, terminasi, dan sebagainya.
Seiring dengan keempat jenis keputusan di atas, terdapat empat jenis strategi evaluasi yaitu:
1.     Strategi pertama terdiri atas penentuan lingkungan tempat terjadinya perubahan, terdapat berbagai kebutuhan yang tidak atau belum terpenuhi, dan juga berbagai masalah yang mendasari timbulnya kebutuhan serta kesempatan untuk terjadinya perubahan;
2.     Strategi kedua terdiri atas pengenalan dan penilaian terhadap berbagai kemampuan (capabilities) yang relevan. Strategi ini sangat besar gunanya dalam pencapaian tujuann program dan desain yang berguna untuk mencapai tujuan-tujuan khusus;
3.     Strategi ketiga terdiri atas pendekatan dan prediksi hambatan yang mungkin terjadi dalam desain prosedural atau implementasi sepanjang tahap pelaksanaan program; dan
4.     Strategi keempat terdiri atas penentuan keefektifan proyek yang telah dilaksanakan, melalui pengukuran dan penafsiran hasil-hasil yang telah dicapai sehingga seorang evaluator dapat memilih strategi yang tepat.

4.     Prosedur strategi kurikulum
a.     Evaluasi kebutuhan dan feasibility
Evaluasi ini dapat dilaksanakan oleh organisasi atau administrator tingkat pelaksana. Prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1.     Merumuskan tipe dan jenis mata pelajaran atau program yang sekarang sedang disampaikan;
2.     Menetapkan program yang dibutuhkan;
3.     Menilai (assess) data setempat berdasarkan tes baku, tes intelegensi, dan tes sikapyang ada;
4.     Menilai riset yang telah ada, baik riset setempat maupun riset tingkat nasional yang sama atau berhubungan;
5.     Menetapkan feasibility pelaksanaan program sesuai dengan sumber-sumber yang ada (manusiawi dan materiil);
6.     Mengenali masalah-masalah yang mendasari kebutuhan; dan
7.     Menentukan bagaimana proyek akan dikembangkan guna berkontribusi pada sistem sekolah atau sekolah setempat. 
b.     Evaluasi masukan (Input)
Evaluasi masukan melibatkan para supervisor, konsultan, dan ahli mata pelajaran yang dapat merumuskan pemecahan masalah. Jadi, evaluasi masukan menuju ke arah pengembangan berbagai strategi dan prosedur, yang dalam pembuatan keputusannya sangat dibutuhkan informasi yang akurat. Selain itu, masukan juga berusaha mengenali daerah permasalahan tersebut agar dapat diawasi selama berlangsungnya implementasi.
c.      Evaluasi proses
Evaluasi proses adalah sistem pengelolaan informasi dalam upaya membuat keputusan yang berkenaan dengan, ekspansi , kontraksi, modifikasi, dan klarifikasi strategi pemecahan atau penyelesaian masalah.
d.     Evaluasi produk
Evaluasi ini berkenaan dengan pengukuran terhadap hasil-hasil program dalam kaitannya dengan tercapainya tujuan. Berbagai variabel yang diuji bergantung pada tujuan, perubahan sikap, perbaikan kemampuan, dan perbaikan tingkat kehadiran.
Evaluasi yang seksama sebaiknya meliputi semua komponen evaluasi tersebut.

5.     Komponen desain evaluasi
Setelah seorang evaluator memilih satu atau semua strategi tersebut, ia selanjutnya perlu membuat rencana rincian atau desain yang lengkap dalam upaya implementasi evaluasi. Rencana tersebut terdiri atas beberapa komponen berikut:
a.      Penentuan garis besar evaluasi
·     Identifikasi tingkat pembuatan keputusan; dan
·     Proyek situasi keputusan bagi setiap tingkat pembuatan keputusan dengan menetapkan lokasi, fokus, waktu, dan komposisi alternatifnya.
b.     Pengumpulan informasi
·     Spesifikasi sumber-sumber informasi yang akan dikumpulkan;
·     Spesifikasi instrumen dan metode pengumpulan informasi yang diperlukan;
·     Spesifikasi prosedur sampling yang akan digunakan; dan
·     Spesifikasi kondisi dan skedul informasi untuk dikumpulkan.
c.       Organisasi informasi
·     Spesifikasi format informasi yang akan dikumpulkan; dan
·     Spesifikasi alat pengkodean, pengorganisasian, dan penyimpanan informasi.
d.     Analisis informasi
Spesifikasi prosedur analisis yang akan dilaksanakan dan spesifikasi alat untuk melaksanakan analisis.
e.      Pelaporan informasi
·     Penentuan pihak penerima (audience) laporan evaluasi;
·     Spesifikasi alat penyedia informasi pada penerima informasi;
·     Spesifikasi format laporan informasi; dan
·     Jadwal pelaporan informasi.
f.      Administrasi evaluasi
·     Rangkuman jadwal evaluasi;
·     Penentuan staf dan berbagai tuntutan sumber, serta perencanaan pemenuhan tuntutan tersebut;
·     Spesifikasi alat untuk memenuhi tuntutan kebijakan dalam melaksanakan evaluasi; dan
·     Penilaian keampuhan desain evaluasi guna menyediakan informasi yang valid, reliable, credible, dan sesuai dengan waktu yang tersedia.

6.     Proses evaluasi kurikulum
Berbagai model desain kurikulum memerlukan berbagai cara evaluasi yang berbedah pula. Salah satu contoh model yang sering digunakan adalah desain tujuan. Evaluasi ini terdiri atas langkah-langkah sebagai berikut:
Pelaksanaan evaluasi internal ­Ã  Rancangan revisi à Pendapat ahli à Komentar yang dapat dipercaya à Model kurikulum.
Dalam program evaluasi ini masih terdapat perbedaan pendapat tentang apakah ahli yang melaksanakan kurikulum harus juga ahli dalam bidang ilmu tersebut.  Banyak peneliti yang berpendapat bahwa jika ahli tersebut mempunyai kekurangan dalam teknik evaluasi kurikulum, mungkin akan dihasilkan hal-hal yang bias. Meskipun demikian, ada pula ahli yang mengemukakan empat langkah evaluasi kurikulum yang berfokus  pada tujuan, yaitu evaluasi awal, evaluasi formatif, evaluasi sumatif, dan evaluasi jangka panjang.
Dari dua macam pendapat tadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa jika dikatagorikan secara personal, evaluasi ini berupa evaluasi internal dan eksternal. Apabila dikatagorikan secara sifat, terdapat dua macam evaluasi, yaitu evaluasi formatif dan sumatif.

7.     Rencana evaluasi kurikulum
Rencana evaluasi kurikulum menyangkut beberapa aspek pengembangan kurikulum, termasuk sejumlah metode dan teknik yang sering dipakai dalam bidang lain selain bidang pendidikan. Evaluasi ini tidak hanya menggunakan satu atau dua metode saja, melainkan menggunakan berbagai metode evaluasi secara terpadu. Evaluasi yang lengkap meliputi cara pengumpulan dan pengolahan data, analisis terpadu, dan laporan kesimpulan evaluasi. Dalam hal ini pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara observasi, wawancara, pemberian kuesioner,dan sebagainya.

C.      Mendesain Rencana Evaluasi Kurikulum
1.   Dasar-dasar Evaluasi Kurikulum
Evaluasi kurikulum bermacam-macam tujuannya. Yang pakin penting diantaranya ialah :[12]
a.      Mengetahui hingga manakah siswa mencapai kemajuan kea rah tujuan yang telah ditentukan.
b.     Menilai efektifitas kurikulum.
c.      Menentukan factor biaya, waktu, dan tingkat keberhasilan kurikulum.
Kesulitan evaluasi ialah bahwa khususnya di perguruan tinggi, para dosen dan guru besar merasa dikekang kebebasan akademisnya lalu dipandang sebagai alat kontrol mengenai apa yang mereka ajarkan dan bagaimana cara mengajarkannya. Ada pula menganggap bahwa evaluasi itu hanya pemborosan waktu dan tenaga.[13]
Namun demikian khususnya pendidikan tinggi di arbagai Negara makin banyak disoroti dan dikritik karena tidak sanggup “membuktikan”, atau member bukti-bukti yang nyata apakah mahasiswa benar-benar belajar, apakah mereka telah berhasil mencapai tujuan yng ditetapkan, apakah mereka telah dipersiapkan untuk tugasnya dalam masyarakat .
Evaluasi pendidikan, khususnya di Negara berkembang, sangat esensial dan perguruan tinggi, yang memerlukan biaya yang begitu banyak, harus memberikan efektifitasnya dan nilai sumbangannya bagi pembangunan nasional.[14]

2.       Desain Evaluasi
 Desain evaluasi menguraikan tentang : data yang harus dikumpulkan dan analisis data untuk “membuktikan” nilai dan efektifitas kurikulum.[15]
Desain kurikulum sekurang-kurangnya terdiri dari lima langkah, yakni :
1.       Merumuskan tujuan evaluasi.
2.       Mendesain proses dan metodologi evaluasi.
3.       Menspesifikkan data yang diperlukan untuk menyusun instrument bagi proses pengumpulan data.
4.       Mengumpulkan, menyusun, dan mengolah data.
5.       Menganalisis data dan menyusun laporan mengenai hasil-hasil, kesimpulan, dan rekemondasi.
Tiap-tiap langkah akan kita bicarakan lebih lanjut :
1.   Tujuan Evaluasi
Tujuan evaluasi ang komprehensif dapat diinjau dari iga dimensi, yakni dimensi I (formatif-sumatif), dimensi II (proses-produk), dan dimensi III (operasi keseluruhan proses kurikulum atau hasil belajar siswa). Dengan adanya tiga dimensi itu, maka dapat digambarkan sebagai kubus. Selain itu dapat lagi kurikulum ditinjau dari segi historis, yakni bagaimanakah kurikulum sebelumnya yang dipandang sebagai antisenden.[16]
Penilaian komprehensif harus meliputi keenam komponen itu, selain antisendennya. Akan tetapi kadang-kadang yang diperlukan hanya evaluasi partial. Misalnya yang diperlukan hanya mutu hasil belajar siswa, atau proses belajar mengajar serta alat dan sumber megajar yang digunakan.[17]
2.   Proses dan Metodologi Penelitian
Pada saat ini terdapat berbagai model evaluasi yang dapat dijadikan pegangan untuk mendesain proses dan metode penilaian kurikulum. Model mana yang digunakan bergantung pada tujuan evaluasi., waktu dan biaya yang tersedia dan tingkat kecermatan dan kespesifikan yang diinginkan. Di bawah ini akan kita bicarakan lima model secara singkat.[18]
a.        Model Deskrapansi Provus
Model ini termasuk model yang paking mudah direncanakan dan dilaksanakan. Dari sini kita hanya membandingkan hasil atau performance yang nyata dengan standart yang telah dtentukan. Kesulitan yang paling besar ialah merumuskan standart performance yang cukup spesifik agar dapat digunakan untuk mnegukur diskrepansi, yakn beda performance yang standart.[19]
b.        Model Kontongensi-kontingensi Stake
Yang menarik arhatian stake ialah bahwa hasil yang diharapkan oleh pengajar sering berbeda dengan hasil yang nyata menurut penelitian objektif oleh team ahl penilai eksternal. Guru berusaha mencapai tujuan khusu tertentu, akan tetapi ternyata hasil belajar siswa berbeda sekali dengan apa yang diharapkan guru itu.[20]
Model Stake meneliti tiga variable yakni antiseden, transaksi, dan hasil belajar, masing-masing ditinjau dari segi “apa yang diharpakan” dan “apa yang diamati.”
Selain juga diselidiki “contigency” atau hubungan antara antiseden, transaksi, dan hasil belajar seperti yang diharapkan dan yang diobservasi. Kontingensi pada bagian yang diharapkan ditinjau secara logis, yakni seperti apa yang diharapkan oleh guru mengenai transaksi berdasarkan entry behavior siswa dan bagaimana hasil-hasil yang diharapkan oleh guru setelah proses belajar mengajar. Pada bagian observasi hubungan antara ketiga aspek itu diselidiki berdasarkan data yang nyata.[21]
c.        Model CIPP Stufflebeam
CIPP (Contect – input – Process – Product = Konteks – input – Proses - Produk) adalah suatu model evaluasi yang dikembangkan oleh Stufflebeam cs yang bertujuan untuk membantu dalam perbaikan kurikulum, tetapi juga untuk memnagmbil keputusan apakah program itu dihentikan saja.[22]
Model ini mengan dung empat komponen, yakni konteks, input, proses, dan produk, dan masing-masing perlu penilaian sendiri. Evaluasi konteks meliputi penelitian mengenai lingkungan sekolah, pengaruh-pengaruh di luar sekolah.[23]
Model ini mengutamakan evaluasi formatif yang kontinu sebagai cara untuk meningkatkan hasil belajar. Namun focus penilaian bukan hanya hasil belajar melainkan keseluruhan kurikulum serta lingkungannya (CIPP).[24]
Penilaian dilakukan dengan membandingkan performance yang nyata dengan penilian yang telah disepakati. Menentukan standart harus mempertimbangkan banyak factor. Antara lain performance siswa dalam bidang kognitif, afektif, dan psikomotor, kemampuan guru mengajar, administrasi sekolah, fasilitas, alat dan sumber mengajar, kurikulum, pedoman intrukional, determinan kurikulum, falsafah, dan mis lembaga. Data yang dikumpulkan dibandingkan dan dinilai berdasarkan standart itu.[25]
d.    Model Transformasi Kualitatif Eisner
Menurut observasi Eisner pendidikan telah terlampau jauh bergerak kea rah akuntabilitas yang ketat seperti yang terdapat dalam perusahaan dan indutri. Eisner berpendapat bahwa pendidikan adalah kegiatan yang bercorak artistic selain mengandung unsur latihan. Jika belajar mengajar pada hakikatnya artistic maka proses evaluasinya harus apa yang dilakukan dalam kritik seni. Maka kritik kurikulum hendaknya berusaha melihat aspek individual yang signifikan dalam pelaksanaan kurikulum. Proses kurikulum hendaknya meliputi tiga aspek yakni yang bersifat (1) deskriptif, (2) interpretative, dan (3) evaluative.[26]
Penilaian berdasarkan atas standart klasik mengenai apakah yang berharga dan bernilai dengan melakukan interpretasi intuitif oleh pakar dalam lapangan ini. Tidak ditemukan standart secara arbitrer oleh sebab menghargai aspek kepribadian dalam performance seseorang.[27]
e.    Model lingkaran Tertutup Corrigan
Model ini mengandung komponen dari model evaluasi lainnya. Ciri utama model Corrigan ini ialah adanya system balikan formatif-korektif selain proses evaluasi sumatif-terminal. Tiaphasil evaluasi mengenai tiap langkah digunakan sebagai balikan agar segera dapat diadakan perbaikan, dapat diisi kesenjangan atau ditiadakan tumpang tindih, jadi model ini mengandalkan tinjauan yang kontinu dan tidak menunggu sampai akhir program.[28]
Seperti halnya dengan Provus, model Corrigan menggunakan analisis diskrepansi antara apa yang dicapai dengan standar yang diinginkan. Analisis diskrepansi langsung digunakan sebagai alat korektif.  Dengan demikian perbaikan juga dilakukan denga terus menerus pula. Evaluasi hanya dapat dialakukan bila ditetapkan standar sebagai alat mengukur keberhasilan tiap langkah.[29]
Kelima model evaluasi kurikulum yang kami bicarakan di atas sangat singkat dan sekdar untuk memperkenalkannya saja. Bila kita bermaksud untuk menerapkannya kta harus mempelajarinya secara lebih mendalam dari buku-buku yang khusus membicarakan model evaluasi tertentu.[30]

3.   Data, Instrument, dan Prosedur Pengumpulannya
Model evaluasi yang kita pilih akan memberi petunjuk tentang jenis data yang perlu dikumpulkan maupun metode yang harus digunakan. Mislanya model Stake memerlukan data observasi yang diperoleh setidaknya tiga orang pengamat ahli seain si pengajar. Dalam model Sufflebeam data yang dikumpulkan bekenaan dengan konteks dan lingkungan sekolah, input, proses, dan produk.[31]
Data yabg dikumpulkan bagi evaluasi pada umumnya termsuk dua kategori :
a.       Data “keras” berupa fakta seperti skor test, absensi, pembiayaan, dan sebagianya.
b.       Data “lunak” seperti persepsi dan pendapat orang yang dapat berbeda-beda.
Alat yang digunakan juga berbeda menurut modal evaluasi dan tujuan evaluasi. Alat pengumpulan data keras pada pokoknya mengumpulkan data berupa skor, jumlah, dan taraf atau skala. Untuk mengumpulkan data lunak digunakan wawancara, angket, oppinionair survey, dan sebagainya.[32]

4.       Mengumpulkan, Menyusun, dan Mengolah Data
Prosedur pengumpulan data telah ita bicarakan sebelumnya. Tugas pada langkah ini ialah mengorganisasi data agar bisa diolah. Proses pengolahan secara statistic maupun analitik harus diuraikan dengan jelas dalam metodologi penelitian.

5.       Menganalisis dan Melaporkan Data
Proses analisi data langsung berhubungan dengan tujuan evaluasi. Jika misalnya tujuan satu telah jelas dipaparkan, maka proses analisis langkah itu menjadi jelas pula.
Laporan evaluasi biasanya terdiri atas tiga hal, yakni :[33]
a.   Hasil-hasil, yaitu apa yang telah ditemukan berdasrakan data yang telah dikumpulkan.
b.   Kesimpulan, yaitu keputusan yang dapat diambil berdasarkan data itu dan apakah data telah cukup untuk mendukung keputusan itu.
c.   Rekomendasi, apakah cukup data untuk mendukung kelangsungan kurikulum, ataukah disarankan agar dijalankan lanjutan penilaian agar diperoleh data yang lebih banyak.
Desain evaluasi kurikulum harus dimasukkan sebagai bagian integral dari Pedoman Kurikulum, bila kita ingin memperoleh gambaran yang jelas mengenai keamphan dan kelemahan Pedoman kurikulum itu. Sebaiknya kita kumpulkan pula data anteseden menganai keadaan sekolah serta kurikulumnya sebelum dilaksanakan kurikulum baru agar dapat diaadakan perbandingan tentang perubahan-perubahan yang telah terjadi.[34]
Desain evaluasi kurikulum harus disiapkan dnegan cermat dan meliputi antara lain :
a.   Beberapa kali dan kapan akan diadakan evaluasi, proses apa yang akan dijalankan ?
b.   Data apa yang akan dikumpulkan, dari siapa, oleh siapa ? dan kapan ?
c.   Siapakah yang akan bertanggungjawab atas pengumpulan dean analisis data ?
d.   Keputusan apa yang kan diambil menganai kurikulum, kapan, dan oelh siapa ?
Hanya berkat evaluasi kurikulum kita data mengetahui dimana kita berada dan kemana kita pergi. Tanpa kedua titik orientasi itu proses kurikulum maupun intruksional seakan-akan kita biarkan bekelana tanpa kita ketahui kemana arahnya.







BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Evaluasi adalah perbuatan pertimbangan berdasarkan seperangkat kriteria yang disepakati dan dapat dipertimbangkan dan dapat dipertanggung jawabkan. Dalam buku The School Curriculum, evaluasi dinyatakan sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data secara sistematis, yang bertujuan untuk membantu pendidik memahami dan menilai suatu kurikulum, serta memperbaiki metode pendidikan. Evaluasi merupakan suatu kegiatan untuk mengetahui dan memutuskan apakah program yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan semula.
Evaluasi kurikulum terdiri atas berbagai aspek yang saling berhubungan, yang akan dijelaskan berikut ini : Keterkaitan antara evaluasi kurikulum dan pengembangan kurikulum, Prinsip-prinsip evaluasi kurikulum, Jenis-jenis startegi kurikulum, Prosedur strategi kurikulum, Komponen desain evaluasi, Proses evaluasi kurikulum, dan Rencana evaluasi kurikulum. Mengenai desain evaluasi kurikulum kita sudah jelaskan pada pembahasan di atas.











DAFTAR PUSTAKA

Nana Syaodih Sukmadinata, ,2011. Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Ngalim Purwanto, 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Oemar Hamalik, 2011. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
S. Nasution, 1995. Kurikulum Dan Pengajaran. Jakarta : Bumi Aksara.
Tim Pembina Mata Kuliah Didaktik Metodik/Kurikulum IKIP Surabaya, 1976. Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.


[1]Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi pengajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008),h. 1
[2] Tim Pembina Mata Kuliah Didaktik Metodik/Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,1976),h.116
[3] Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet-4, 253.
[4] Ibid, cet-4, 253.
[5] Ibid, cet-4, 253-254.
[6]Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2011),h.172-173
[7] Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet-4, 254.
[8] Ibid, cet-4, 254.
[9] Ibid, cet-4, 254.
[10] Ibid, cet-4, 254-255.
[11] Ibid, cet-4, 255.
[12]  S. Nasution, Kurikulum Dan Pengajaran, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995), cet k-2, 88.
[13]  Ibid, cet k-2, 88.
[14]  Ibid, cet k-2, 89.
[15] Ibid, cet k-2, 90.
[16] Ibid, cet k-2, 90.
[17] Ibid, cet k-2, 92.
[18] Ibid, cet k-2, 92-93.
[19] Ibid, cet k-2, 93.
[20] Ibid, cet k-2, 93.
[21] Ibid, cet k-2, 95.
[22] Ibid, cet k-2, 95.
[23] Ibid, cet k-2, 95.
[24] Ibid, cet k-2, 95.
[25] Ibid, cet k-2, 95-96.
[26] Ibid, cet k-2, 96.
[27] Ibid, cet k-2, 96.
[28] Ibid, cet k-2, 96.
[29] Ibid, cet k-2, 96.
[30] Ibid, cet k-2, 97.
[31] Ibid, cet k-2, 97.
[32] Ibid, cet k-2, 98.
[33] Ibid, cet k-2, 99.
[34] Ibid, cet k-2, 99.
readmore »»  

Popular Posts

Labels

followers