Rabu, 13 Juni 2012

modul

MODUL
AKIDAH AKHLAK KELAS VIII SEMESTER 1 MADRASAH TSANAWIYAH
Diajukan untuk memenuhi tugas ulangan akhir semester  mata kuliah
 “profil tenaga pendidik”






Dosen Pengampuh:
Dr. H. Amir Maliki Abi Tholkhah, M.Ag

Oleh:
Evi Fitriyani               D71210138

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
SURABAYA
2012
Status Pendidikan           : Madrasah Tsanawiyah       
Kelas / Semester             : VIII / Ganjil
Mata pelajaran                : Aqidah Akhlak
Standar kompetensi         : Menghindari akhlak tercela kepada diri sendiri
Kompetensi Dasar           : 2.1. Menjelaskan pengertian ananiah, putus asa, ghadab, tamak dan takabur.
2.2. Mengidentifikasi bentuk dan contoh-contoh perbuatan ananiah, putus asa, ghadab, tamak dan takabur.
Alokasi Waktu               : 1 kali pertemuan (1 x 90 menit).

-     Tujuan Pembelajaran :
Siswa mampu :
1.        Menjelaskan pengertian ’ananiyah, putus asa, ghadab, tamak, dan takabur.
2.        Mengidentifikasi bentuk dan contoh-contoh perbuatan ‘ananiyah, putus asa, ghadab, tamak, dan takabur.
3.        Mengidentifikasi bentuk dan contoh- contoh akhlak tercela pada Allah (‘ananiyah, putus asa, ghadab, tamak, dan takabur).

-     Materi Ajar :
1.   Pengertian ‘ananiyah, putus asa, ghadab, tamak, dan takabur.
2.   Identifikasi perilaku ‘ananiyah, putus asa, ghadab, tamak, dan takabur.
3.   Identifikasi bentuk dan contoh- contoh akhlak tercela pada Allah (‘ananiyah, putus asa, ghadab, tamak, dan takabur).

-     Metode :
·       Ceramah
·       Tanya Jawab
·       Debate akctive
·       Pemberian Tugas
-      Kriteria Ketuntasan Minimal
KKM KD 1     : 76,8
KKM KD 2     : 76,8

-        Sumber, Bahan, dan Alat Bantu:
§  Sumber: Al-Qur’an dan Terjemahannya,
§  Buku paket Aqidah Akhlak kelas VIII semester ganjil, T.Ibrahim,Darsono, 2009, Penerbit:  PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

-        Alat dan Bahan
§   Alat : White Board,  Spidol, dll
§   Bahan : Al-Quran Digital, Kaset al-Quran, CD al-Quran, dll
§   Media : Internet, OHP, LCD, Komputer, Laptop, dll.

-          Langkah-langkah pembelajaran :

Kegiatan
Waktu
Aspek life skill yang dikembangkan

1.     Pendahuluan :
Apersepsi dan Motivasi :
o   Memberikan salam dan memulai pelajaran dengan basmalah serta mengecek siswa yang tidak masuk.
o   Menyampaikan kompetensi  dari materi  yang akan diajarkan
o   Menjelaskan tujuan yang ingin dicapai dari materi yang akan diajarkan
o   Memberikan apersepsi/ materi yang ada hubungan dengan materi yang akan diajarkan.
 

2.     Kegiatan inti
o   Guru memberi penjelaskan sedikit tambahan mengenai menghindari akhlak tercela pada diri sendiri.
o   Siswa menjelaskan pengertian ’ananiyah, putus asa, ghadab, tamak, dan takabur.
o   Siswa Mengidentifikasi bentuk dan contoh-contoh perbuatan ‘ananiyah, putus asa, ghadab, tamak, dan takabur.
o   Guru membagi siswa menjadi 2 kelompok, satu kelompok pro dan yang satu kontra.
o   Guru memberi satu masalah seputar materi, sedangkan murid akan memperdebatkan.
o   Guru menghentikan debat, di saat waktu yang tepat, dan memberi pelurusan terhadap jalannya debat.







15 menit
















60 menit









Pemahaman Konsep














Pemahaman Konsep


3.     Kegiatan penutup.
o   Mengadakan tanya jawab tentang  materi yang telah disampaikan.
o   Guru merangkum materi yang sudah diajarkan.
o   Menutup pelajaran dengan membaca salam dan membaca hamdalah






15 menit





Pemahaman Konsep
A.    Materi Ajar
Pendahuluan
Setiap muslim harus mampu mengendalikan diri saat marah. Sekali-sekali jangan berbuat rusak karena akan merugikan diri sendiri. Pada bab ini dijelaskan tentang wajibnya memiliki akhlak terpuji (akhlak karimah). Kewajiban memiliki akhlak terpuji berarti larangan memiliki akhlak tercela (akhlak mazmumah), baik yang berhubungan  dengan diri sendiri, orang lain, maupun Allah SWT. Sebagaimana akhlak terpuji, akhlak tercela terhadap diri sendiri pun amat banyak macamnya. Dalam bab ini akan dibahas lima macam, yaitu ananiah, putus asa, ghadap, tamak, dan takabur.

1.     ANANIAH
Dalam pergaulan hidup sehari-hari sering kita jumpai sifat ananiah, baik dalam diri remaja, maupun orang dewasa. Setiap orang tidak menyukai sifat ananiah. Apakah ananiah itu?

a.     Pengertian Ananiah
Kata Ananiah berasal bahasa Arab اَنَا yang berarti aku . Ananiah berarti sebangsa aku atau keakuan. Secara istilah, ananiah berarti sikap keakuan , sikap mementingkan diri sendiri, kurang memerhatikan orang lain. Dalam bahasa Indonesia, sikap seperti itu disebut egois. Sikap ananiah terkait erat dengan sikap takabur. Dalam kehidupan sehari-hari sikap ananiah sering kali kita jumpai, baik pada diri remaja maupun orang dewasa. Sudah barang tentu sikap ananiah tidak disukai dalam pergaulan karena cenderung meremehkan atau tidak menghargai orang lain.

b.     Bentuk-bentuk Ananiah
Ananiah dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk. Bentuk-bentuk sikap ananiah yang dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, antara lain
1.     Selalu ingin menang dalam pembicaraan bersama teman;
2.     Kurang menghargai pendapat orang lain, walaupun benar;
3.     Menonjolkan kemampuan dirinya di hadapan sesama manusia;
4.     Susah menerima saran dan/atau kritik dari orang lain;
5.     Tidak peduli terhadap penderitaan orang lain;
6.     Tidak mau membantu orang yang ditimpa kesusahan.


c.      Larangan Bersikap Ananiah
Islam melarang umatnya bersikap ananiah dan mendidik umatnya agar pandai-pandai menghormati orang lain sebagaimana wajarnya. ’Aisyah r.a. berkata sebagai berikut.

اَمَرَ نَا رَ سُوْ لُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ اَنْ يُنَزِّ لَ النَّا سَ مَنَا زِ لَهُمْ . رواه سلم

Artinya: Rasulullah saw.. menyuruh kita agar kita menghormati manusia (orang lain) sesuai dengan kedudukannya. (H.R. Muslim dari ‘Aisyah).[1]
Diriwayatkan pula bahwa Rasulullah saw. Bersabda sebagai berikut.

مَا اَكْرَ مُ شَا بٌّ شَيْحًا لِسِنِّهِ اِلّا قَيَّضَ اللهُ لَهُ مَنْ يُكْرِ مُهُ عِنْد َسِنِّهِ. رواه التر مذ ى

Artinya : Tidaklah seorang anak muda yang memuliakan orang tua karena ketuannya, melainkan Allah akan mengadakan baginya orang yang akan memuliakan dia setelah tuanya. (H.R. at-Tirmizi nomor 1945 dari Anas bin Malik).
Apabila kita sebagai generasi muda mau menghormati yang tua, insya Allah kelak (setelah tua) akan dihormati pula oleh yang muda. Dengan demikian , hadis di atas sebagai motivasi bagi kita untuk menghormati orang lain (terutama yang lebih tua).
Walaupun pada hadist di atas dikatakan menghormati orang tua karena ketuaannya, bukan berarti bahwa selain orang tua tidak dihormati. Semua wajib dihormati sebagaimana diri kita ingin dihormati. Salah satu bentuk menghormati orang lain ialah menjaga diri agar tidak bersikap ananiah atau egois.
Contoh perbuatan ananiah lainnya yakni Teddi adalah anak kelas dua MTs, semula ia tinggal di kota bersama kedua orang tuanya, namun karena selalu membuat ulah di sekolahnya maka ia dikeluarkan dari sekolah dengan tidak hormat. Untuk menutupi rasa malunya terhadap tetangga dan orang lain, ayahnya mengirim Teddi ke pondok pesantren yang letaknya tidak jauh  dari rumah neneknya. Di pesantren tersebut, kebetulan sudah ada MTs, sehingga Teddi bisa langsung diterima di madrasah tersebut.
Namun kebiasaan jelek Teddi tetap tidak mau berubah, ia tetap menjadi anak nakal, bandel,sombong dan selalu mementingkan diri sendiri. Egoisme Teddi semakin menjadi setelah bergaul dengan teman-temannya dari kampung. Ia tidak mau melaksanakan piket kebersihan kelas, tidak mau melakukan gotong royong untuk kepentingan sekolah, dan tidak mau bergaul dengan teman-teman lainnya. Sikap perilaku Teddi menunjukkan sikap egoisme atau ‘ananiah yang sesungguhnya tidak pantas dimiliki oleh seorang muslim. [2]

2.    PUTUS ASA
Banyak orang yang tampak murung karena kegagalan usaha yang dialami. Orang yang demikian dikatakan putus asa. Bagaimanakah yang dimaksud putus asa? Apa pula penyebab utamanya?

a.     Pengertian Putus Asa
Putus asa berarti habis harapan, tidak ada harapan lagi. Seseorang dikatakan putus asa apabila tidak lagi mempunyai harapan tentang sesuatu yang semula hendak dicapai.[3]
Penyebab seseorang putus asa biasanya karena terjadinya kegagalan yang berulang kali dalam mencapai cita-cita atau pengharapan sesuatu. Sebenarnya, penyebab utama seseorang putus asa bukanlah persoalan yang dihadapi semata-mata , melainkan cara menyikapi persoalan tersebut.
Padahal Allah melarang orang berputus asa. Apapun yang pernah dikerjakan di masa lalu kalau orang mau menyesali perbuatannya dan bertaubat kepada Allah, maka allah akan mengampuni dosa. Allah berfirman:

* ö@è% yÏŠ$t7Ïè»tƒ tûïÏ%©!$# (#qèùuŽó r& #n?tã öNÎgÅ¡àÿRr& Ÿw (#qäÜuZø)s? `ÏB ÏpuH÷q§ «!$# 4 ¨bÎ) ©!$# ãÏÿøótƒ z>qçR%!$# $·èÏHsd 4 ¼çm¯RÎ) uqèd âqàÿtóø9$# ãLìÏm§9$# ÇÎÌÈ  
Artinya: Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Az Zumar:53).[4]

b.     Bentuk-Bentuk Putus Asa
Putus asa yang dialami seseorang dapat tercermin dalam sikap sebagai berikut:
1.     Bermalas-malasan setelah mengalami kegagalan dalam suatu usaha.
2.     Tidak bersemangat untuk meneruskan usahanya yang gagal.
3.     Tampak murung dan tidak memiliki gairah untuk berusaha lagi.
4.     Mudah terpancing emosinya sehingga sebentar-sebentar marah walaupun hanya dengan sebab yang kecil saja.

c.      Larangan Berputus Asa
Orang putus asa berarti kehilangan semangat dan gairah untuk mencapai sesuatu yang semula diharapkan. Putus asa biasanya diikuti dengan sikap masa bodoh, tidak mau lagi berusaha. Islam mendidik umatnya agar tidak putus asa dari rahmat Allah. Allah swt. Berfirman sebagai berikut:
Ïwur…. (#qÝ¡t«÷ƒ($s? `ÏB Çy÷r§ «!$# ( ¼çm¯RÎ) Ÿw ߧt«÷ƒ($tƒ `ÏB Çy÷r§ «!$# žwÎ) ãPöqs)ø9$# tbrãÏÿ»s3ø9$# ÇÑÐÈ  
Artinya:
“Dan  jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir". (Q.S. Yusuf 12:87).
Walaupun ayat diatas berkaitan dengan sejarah Nabi Yusuf a.s., namun dapat diambil pengertian secara umum bahwa setiap muslim hendaknya tidak putus asa dalam menghadapi masalah apa pun.
Contoh perbuatan putus asa yakni Andi sebenarnya anak yang pintar di kelasnya, ia memiliki otak yang cerdas dan daya pikir yang tajam. Hanya saja, orang tua Andi tergolong keluarga kurang mampu, sehingga mereka sangat kesulitan membiayai sekolah anaknya. Orang tua Andi hanya seorang buruh tani yang tinggal disuatu kampung. Penghasilannya tidak tetap dan tidak mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari.[5]
Pada mulanya Andi bersemangat ingin melanjutkan sekolahnya ke MTs, ia dan teman-temannya setahun yang lalu mendaftarkan diri ke madrasah Tsanawiyah negeri dan mereka pun diterima di sekolah tersebut. Selama setahun pertama, Andi dapat berhasil  mempertahankan sekolahnya dengan segala kekurangan dan keterbatasan yang dimilikinya. Biaya yang sangat pas-pasan bahkan kekurangan, tidak membuatnya gentar menghadapi pelajaran. Namun menginjak tahun kedua, ketika ia duduk di bangku kelas dua, semangat belajar Andi menurun drastis, ia selalu mengeluhkan tentang ketidak mampuan orang tuanya. Banyak kewajibannya sebagai siswa yang belum dilunasi, dan ia pun merasa malu kepada teman-temannya. Akhirnya Andi memutuskan berhenti sekolah dan berusaha mengubur segudang cita-citanya yang mulia.
Bagi Andi, sekolah hanya menyakitkan hati dan hanya untuk anak-anak orang mampu. Sedangkan anak seperti dirinya tidak pantas melanjutkan sekolah, cukup dengan ijazah SD saja, dan tidak perlu mempunyai cita-cita yang tinggi. Demikianlah sikap putus asa yang dimiliki oleh Andi, dan sikap seperti itu hendaknya dihindari.

3.     GHADAB
Ghadab adalah salah satu akhlak mazmumah yang amat negatif akibatnya, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Apakah ghadab itu?
a.       Pengertian Ghadab
Ghadab berasal dari bahasa Arab غَضَبًا     à    يَغْضَبُ     à غَضِبَ yang berarti merasa (perasaan) sangat tidak senang dan panas (karena dihina, diperlakukan kurang baik) dan sebagainya. Rasa sangat tidak senang dan panas tersebut mungkin karena dihina, disakiti hatinya atau dirampas haknya. Akibatnya, menimbulkan kekecewaan . Apabila kekecewaan cukup mendalam , akhirnya dilampiaskan dengan kemarahan.[6]

b.       Bentuk-bentuk Ghadab
Orang yang marah darahnya memanas sehingga memengaruhi seluruh syarafnya. Darah yang mengalir ke kepala memengaruhi seluruh syaraf di kepala sehingga wajahnya memerah.
Kemarahan seseorang dapat diwujudkan dalam bentuk :
1.       Pandangan mata yang tajam dengan mata memerah dan jarang berkedip;
2.       Wajah cemberut dan mudah terpancing emosinya;
3.       Susah diajak berbicara baik-baik;
4.       Terkadang melontarkan kata-kata kasar yang tidak enak didengar;
5.       Bertindak anarkis , merusak sesuatu yang ada di sekelilingnya;
6.       Mengancam terhadap orang yang menyebabkan kecewa.

c.       Larangan Ghadab
Ghadab atau marah termasuk sikap yang kurang terpuji. Islam mendidik umatnya agar bersikap sabar, tidak mudah marah, kecuali apabila sudah keterlaluan. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah dinyatakan sebagai berikut:

اَنَّ رَجُلًا قَا لَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَوْصِنِيْ قَالَ لَا تَغْضَبْ فَرَ دَّدَ مِرَارًاقَالَ لَا تَغْضَبْ. رواه البخا رى

Artinya: Sesungguhnya seorang lelaki berkata (meminta nasehat kepada Rasulullah saw),” Ya Rasulullah , nasehatilah aku! Sabdanya , “ Janganlah engkau marah!” Lalu beliau mengulanginya beberapa kali, dan sabdanya,” Janganlah engkau marah!” (H.R. al-Bukhari nomor 5651 dari Abu Hurairah).
Orang yang mampu mengendalikan dirinya (tidak marah) telah memiliki tanda-tanda sebagai orang yang takwa, yang dijanjikan Allah akan memperoleh janah. Firman – Nya sebagai berikut:
* (#þqããÍ$yur 4n<Î) ;otÏÿøótB `ÏiB öNà6În/§ >p¨Yy_ur $ygàÊótã ßNºuq»yJ¡¡9$# ÞÚöF{$#ur ôN£Ïãé& tûüÉ)­GßJù=Ï9 ÇÊÌÌÈ   tûïÏ%©!$# tbqà)ÏÿZムÎû Ïä!#§Žœ£9$# Ïä!#§ŽœØ9$#ur tûüÏJÏà»x6ø9$#ur xáøtóø9$# tûüÏù$yèø9$#ur Ç`tã Ĩ$¨Y9$# 3 ª!$#ur =Ïtä šúüÏZÅ¡ósßJø9$# ÇÊÌÍÈ    
Artinya :
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa;
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (Q.S.Ali ‘Imran/3 :133-134).
Contoh perbuatan ghadab yakni tidak seperti biasanya hari itu Risma terlambat pulang ke rumah. biasanya  tidak lebih dari jam dua siang ia telah sampai di rumahnya. Namun pada hari itu, Risma mengikuti kegiatan ekstrakulikuler yakni latihan paskibra. Hanya saja, sebelumnya ia lupa tidak memberitahu ayah dan ibunya bahwa hari itu ada kegiatan latihan paskibra. Jam lima sore, Risma baru pulang ke rumah dengan hati was-was, karena takut dimarahi ayah dan ibu. Benar saja, belum juga kaki Risma menginjak lantai rumah, ayah telah memanggilnya dan memarahinya habis-habisan. Risma tertunduk ketakutan dan dalam hatinya mengakui bersalah. Ayah terus bersungut-sungut dan membentak-bentak melampiaskan amarahnya, namun Risma tetap tidak melawan melainkan hanya menangis. Ayah hendak menampar Risma dengan tangannya yang kekar , namun ibu keburu hadir dan menenangkannya. Dengan penuh kelembutan, sang ibu akhirnya dapat meredahkan amarah ayah, dan Risma pun dipeluknya seraya dinasehati agar tidak mengulanginya lagi pada kemudian hari. [7]


4.     TAMAK
Banyak orang yang amat tamak untuk memiliki harta yang banyak agar sejahterah hidupnya. Karena besarnya sifat tamak , terkadang nekat berbuat sesuatu yang melanggar norma agama dan susila. Apakah tamak itu?

a.       Pengertian Tamak
Kata tamak berasal dari bahasa arab طَمَعًا    à    يَطْمَعُ    à    طَمِعَ   yang berarti loba, tamak, dan rakus. Secara istilah, tamak berarti terlampau besar nafsunya terhadap keduniaan, misalnya terhadap kekayaan harta benda. Orang yang terlampau besar nafsunya untuk memiliki harta mencurahkan pikiran dan tenaga agar harta kekayaannya semakin banyak. Sikap seperti ini amat tercela dalam pandangan agama maupun sesama manusia.[8] Pentingnya menghindari sikap tamak, antara lain disebabkan beberapa hal berikut: manusia mau menerima apa yang telah menjadi miliknya, dan selalu mensyukurinya dengan jalan ibadah kepada Allah SWT; Manusia dapat mengikuti hukum dan aturan Allah SWT. Yang telah digariskan kepada setiap makhluk-nya, tidak menghalalkan segala cara yang dapat merugikan orang lain; manusia terhindar dari sifat-sifat iblis yang selalu tidak pernah puas atas apa yang menjadi miliknya; manusia pandai bersyukur atas rahmat dan karunia Allah SWT. Yang telah diterimanya.[9]

b.       Bentuk-Bentuk (Ciri-Ciri) Tamak
Orang yang tamak mempunyai ciri-ciri , antara lain :
1.       Giat melakukan sesuatu apabila diperkirakan akan memperoleh hasil;
2.       Enggan melakukan sesuatu yang memerlukan biaya;
3.       Enggan mengeluarkan harta yang dimiliki untuk agama dan kemanusiaan;
4.       Menghabiskan waktunya untuk mengumpulkan kekayaan;
5.       Mau menerima , tetapi enggan memberikan sesuatu kepada pihak lain.

c.       Larangan Memiliki Sifat Tamak
Islam mendidik umatnya agar tidak tamak terhadap keduniaan. Allah SWT menciptakan dunia ini sebagai sarana untuk kehidupan manusia. Tanpa harta, manusia susah hidupnya , namun dengan harta pula , manusia dapat celaka (apabila tidak bersikap hati-hati). Larangan bersikap tamak terungkap dalam firman Allah SWT. Berikut ini:
(#þqßJn=ôã$# $yJ¯Rr& äo4quysø9$# $u÷R9$# Ò=Ïès9 ×qølm;ur ×puZƒÎur 7äz$xÿs?ur öNä3oY÷t/ ֍èO%s3s?ur Îû ÉAºuqøBF{$# Ï»s9÷rF{$#ur ( È@sVyJx. B]øxî |=yfôãr& u$¤ÿä3ø9$# ¼çmè?$t7tR §NèO ßkÍku çm1uŽtIsù #vxÿóÁãB §NèO ãbqä3tƒ $VJ»sÜãm ( Îûur ÍotÅzFy$# Ò>#xtã ÓƒÏx© ×otÏÿøótBur z`ÏiB «!$# ×bºuqôÊÍur 4 $tBur äo4quysø9$# !$u÷R$!$# žwÎ) ßì»tFtB Írãäóø9$# ÇËÉÈ  
Artinya : ”Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan Para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu Lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Q.S.al-Hadid/57:20)
Ayat diatas menjelaskan bahwa hidup di dunia hanya seperti orang yang asyik dalam permainan, berbangga-bangga kekayaan dan anak, seperti petani yang mengagumi tanamannya, tetapi tanaman tersebut kemudian hancur. Penjelasan tersebut berisi larangan secara halus agar manusia tidak terlalu tamak terhadap keduniaan.
Contoh perbuatan tamak Rusdi dan Rasad adalah dua bersaudara. Mereka berdua mendapatkan harta warisan dari kedua orang tua mereka. Karena keduanya laiki-laki, mereka mendapatkan bagian yang sama. Rusdi menerima bagiannya dengan ikhlas dan bermaksud menggunakan harta warisan itu sebagiannya untuk membangun masjid peninggalan ayah mereka, sedangkan sebagiannya akan digunakan untuk modal usaha.[10]
Lain halnya dengan Rasyad, ia tidak menerima bagian yang telah ditetapkan oleh hukum waris dalam islam. Rasad menuduh Rusdi mengambil bagian lebih banyak. Rasad menuntut Rusdi agar menyerahkan sebagian harta warisnya kepadanya. Sebab ia masih merasa tidak cukup dengan bagian harta waris yang diterimanya. Rusdi menolak permintaan adiknya, tetapi Rasad sang adik terus menuntut agar ia mendapatkan harta waris lebih banyak dari pada kakaknya.
Pertengkaran pun terjadi, bahkan hampir saja mereka berkelahi, namun Pak ustadz keburu datang melerai dan menasehati mereka. Rusdi sadar dan menerima nasehat Pak ustadz, tetapi lain halnya dengan Rasad, ia tetap menuntut bagian lebih banyak dari kakaknya. Akhirnya, Rusdi mengalah dan memberikan sebagian miliknya kepada Rasyad.
Demikianlah, contoh sikap tamak atau rakus yang dimiliki seseorang akan berakibat buruk, baik bagi pelakunya maupun orang lain.

5.           TAKABUR
Dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai orang yang bersifat takbur. Sebagian orang takabur karena membanggakan kekayaannya, kedudukannya, dan kepandaiannya. Apakah takabur itu?

a.           Pengertian Takabur
Kata takabur berasal dari bahasa arab تَكَبُّرًا   à يَتَكَبَّرُ  à  تَكَبَّرَ  yang berarti sombong, merasa dirinya benar. Takabur adalah sikap yang amat tercela, baik dalam pandangan Allah maupun sesama manusia. Oleh sebab itu, setiap muslimin dan muslimat wajib menjauhinya. Rasulullah SAW, bersabda sebagai berikut:

الْكِبْرُ بَطَرُالْحَقِّ وَغَمْطُ النَّا سِ رواه مسلم

Artinya: “Takabur (sombong) ialah menolak kebenaran dan meremehkan manusia. (H.R. Muslim Nomor 131 dari Abdillah bin Mas’ud).
Orang yang sombong merasa bahwa dirinya sendiri yang paling benar sehingga tidak mau menerima kebenaran dari pihak lain. Ia merasa malu untuk menerima saran atau kritikan dari orang lain. Dalam pergaulan hidup sehari-hari kurang menghargai pihak lain. Oleh sebab itu, takabur tidak disukai dalam pergaulan hidup.

b.       Bentuk-Bentuk Takabur
Sikap takabur dapat diketahui ciri-cirinya sebagai berikut:
1.       Berlagak seakan dirinya sendiri yang paling pandai dan paling benar;
2.       Mudah terpancing emosinya apabila pendapatnya tidak diikuti orang lain;
3.       Tidak bersedia dikritik atau diberi saran, walaupun pendapatnya kurang tepat;
4.        Tidak mau menerima kebenaran yang datangnya dari orang yang dipandang lebih rendah daripada dirinya.
Contoh perbuatan takabur yakni Yayan adalah seorang siswa MTs kelas dua. Ia anak seorang pengusaha ternak ayam di kampungnya. Secara ekonomi, orang tua Yayan memiliki kelebihan dibandingkan dengan penduduk kampungnya. Namun semua penduduk kampung itu mengenal ayah Yayan sebagai orang yang sombong dan angkuh. Sifat sombong dan angkuh itu rupanya diturunkan pula kepada anak-anaknya termassuk Yayan.
Di sekolah, Yayan tidak mau bergaul dengan teman-temannya. Ia hanya mau bergaul dengan orang yang sama derajatnya, yaitu sama-sama anak orang kaya. Jika berpapasan di jalan, Yayan tidak mau menegur duluan, bahkan ketika ditegur pun ia kadang tidak menjawab. Setiap ke sekolah , ia selalu memamerkan kekayaannya, baik dengan menunjukkan sepatu baru, jam tangan baru, tas baru, dan sebagainya.
Suatu ketika, ada salah seorang temannya yang jatuh sakit pada saat olahraga. Anak itu jatuh pingsan karena sudah dua hari belum makan. Teman-temannya bermaksud meminjam uang kepada Yayan untuk membawa teman yang sakit tersebut ke puskesmas. Namun Yayan menolak meminjamkan uang, dan mengatakan bahwa orang miskin seperti anak yang sakit itu tidak akan mampu membayarnya kelak. Tentu saja teman-temannya menjadi geram atas kesombongan Yayan. Mereka berharap semoga Yayan menyadari atas perbuatan sombongnya itu.[11]


c.       Larangan Bersikap Takabur
Allah swt, berfirman sebagai berikut:

Ÿwur öÏiè|Áè? š£s{ Ĩ$¨Z=Ï9 Ÿwur Ä·ôJs? Îû ÇÚöF{$# $·mttB ( ¨bÎ) ©!$# Ÿw =Ïtä ¨@ä. 5A$tFøƒèC 9qãsù ÇÊÑÈ  
Artinya:
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (Q.S. Luqman/31:18)
Pada ayat yang lain, Allah swt menegaskan sebagai berikut:

Ÿwur Ä·ôJs? Îû ÇÚöF{$# $·mttB ( y7¨RÎ) `s9 s-̍øƒrB uÚöF{$# Æs9ur x÷è=ö6s? tA$t6Ågø:$# ZwqèÛ ÇÌÐÈ  
Artinya:
“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.” (Q.S. Al Isra/17:37).
Dalam menafsirkan ayat, Prof.Dr.Hamka menjelaskan bahwa dia (orang yang sombong) menengadah ke langit laksana menantang puncak gunung dan melawan awan. Puncak gunung itu akan melihat lucunya si kecil ini menantang dia, laksana senyuman manusia melihat seekor semut kecil yang mengangakan mulutnya hendak menggigit kaki manusia. Semut yang mengangakan mulutnya itu ternyata hancur lumat hanya dengan gesekan ringan kaki manusia.
Dalam hadits riwayat bukhari muslim juga dikatakan:

الاأخبر كم بأ هل النا ر ؟ قا لو ا : بلى , قا ل كل عتل جو اظ مستكبر
Artinya: “Maukah kamu saya beritahukan tentang penghuni neraka ? mereka menjawab ; tentu; Rasulullah bersabda: setiap orang yang kasar / angkuh/ bermewah-mewah, lagi kikir dan sombong.[12]

-          Prosedur Penilaian
a.        Penilaian Kognitif
1)   Jenis                :   Ulangan KD, Tugas Individu, Tugas Kelompok
2)   Bentuk            :   Pilihan Ganda, Uraian, Laporan
b.       Penilaian Praktik/Psikomotorik
1)   Jenis                :  Demontrasi
2)   Bentuk            :   Membaca, menulis dan menghafal
c.        Penilaian Sikap
1)   Bentuk          :  Lembar pengamatan sikap siswa    
d.       Instrumen 
1)   Aspek Kognitif :  Soal  Terlampir
2)   Aspek Psikomotor (Praktik)
3)   Aspek Sikap :
§  Lihat Modul hal
§  Lembar Pengamatan (terlampir)

-        Program Tindak Lanjut
1.   Pembelajaran Remedial,  untuk siswa yang memperoleh Nilai KD < KKM ; mengikuti program pembelajaran Remedial dengan pengelompokkan sbb :
a.      Bagi siswa yang memperoleh nilai 66 – 71, diberikan Tugas Mandiri untuk menyelesaikan masalah/soal yang berkaitan dengan indikator yang tidak tuntas (kelompok atas).
b.     Bagi siswa yang memperoleh nilai 55 – 65, diberikan pembelajaran dengan tutor sebaya  dengan cara menyelesaikan/membahas soal-soal uji kompetensi yang tidak tuntas (kelompok tengah)
c.      Bagi siswa yang memperoleh nilai < 54 (kelompok bawah), diberikan pembelajaran ulang secara klasikal oleh guru mata pelajaran jika jumlahnya mencapai 50%. Jika tidak mencapai 50%, maka disatukan dengan kelompok tengah secara terpisah.
2.   Melakukan uji pemahaman ulang (ujian perbaikan) sesuai dengan indikator yang belum tuntas.
3.   Pembelajaran Pengayaan, bagi siswa yang memperoleh Nilai KD ≥ KKM ; diberikan  program pembelajaran tutorial dalam pembahasan soal-soal ujian KD bagi teman-teman di kelompok tengah yang mengikuti pembelajaran remedial.

-          Lampiran:
a.       Penilaian kognitif
LATIHAN
1.       Akhlak yang dimiliki seseorang dapat menentukan...
a.       Harga dirinya
b.       Harga dirinya dan orang lain
c.       Kedudukannya
d.       Derajat dalam hidup ini
2.       Orang yang ananiah kurang memerhatikan...
a.       Perasaan diri sendiri
b.       Keuntungan diri sendiri
c.       Perasaan orang lain
d.       Nasib orang lain
3.       Seseorang dapat digolongkan mengalami gangguan mental apabila...
a.       Terlampau mudah marah karena hal yang sepele
b.       Sering marah karena suatu sebab
c.       Tidak sadarkan diri
d.       Memarahi saudara/keluarganya sendiri
4.       Menurut Q.S.Ali Imran Ayat 133-134, mampu mengendalikan diri (tidak marah) dinyatakan sebagai ciri/tanda orang yang...
a.       Beriman
b.       Takwa
c.       Jauh dari nar
d.       beriman
5.       Orang yang putus asa berarti kehilangan...
a.       Sesuatu yang amat berharga
b.       Harapan keberhasilan usahanya
c.       Kepribadiannya yang asli
d.       Kesempatan untuk mengulang usahanya
6.       Orang yang putus asa tidak memiliki...
a.       Optimisme
b.       Kemauan apapun
c.       Pesimisme
d.       Memiliki harapan apa pun
7.       Perkara yang paling banyak dilakukan oleh orang yang putus asa ialah...
a.        Merenung dan melamun
b.       Mencari jalan keluar masalahnya
c.        Merenungi sebab kegagalan usahanya
d.       Meratapi keadaan
8.       Orang yang tamak biasanya....
a.        Suka berderma
b.       Suka berjanji
c.        Enggan berdarma
d.       Banyak amalnya
9.       Larangan bersifat tamak berarti perintah bersifat...
a.        Tawaduk
b.       Tasamuh ataau tenggang rasa
c.        Hemat dan cermat
d.       Qanaah

10.    Sifat-sifat berikut ini yang sangat erat dengan sikap takabur ialah...
a.        Tamak
b.       Ria
c.        Kufur nikmat
d.       Ananiah

b.       Instrumen Penilaian Psikomotorik/Praktik
I.        Pedoman Penskoran :

No
NIN
Nama Siswa
Indikator Penilaian/Skor Maks/Skor Perolehan
Jumlah
Baca
Tulis
Hafal
5
5
5
15
1






2






3






4






5






Dst.







II.     Pedoman Penilaian :
1.     Skor dengan angka sesuai dengan aspek yang dinilai
2.     - Kriteria Skor                                                   - Kriteria Penilaian
1 = Buta huruf/tidak mampu/tidak mampu      15        = 100   (istimewa)
2 = Mengeja/ jelek/ jelek                                  12 - 14 = 90     (sangat baik)
3 = Tidak lancar/kurang baik/kurang baik        9   - 11 = 80     (baik)
4 = Lancar/baik / baik                                       6   - 8   = 70     (cukup)
5 = Tajwid/indah/baik sekali                             3   - 5   = 60     (belum tuntas/remidial)
                                                                           0   - 1   =          (tidak tuntas/remidial)
3.          Jika nilai psikomotorik digabung dengan nilai kognitif, maka nilai kuantitatif yang digunakan
4.          Jika nilai psikomotorik digabung dengan nilai afektif, maka nilai kualitatif yang digunakan

c.       Instrumen Penilaian Afektif/Sikap
I.        Lembar Pengamatan dan Pedoman Penskoran

Nomor Urut
Nomor Induk
Nasional
Nama Siswa
Indikator Penilaian/Skor Maks/Skor Perolehan
Jumlah
Kerajinan
Kedisiplinan
Kejujuran
Keterbukaan
Kesopanan
Kelngkpn
Tugas
Kerapihan
Tugas
Ketepatan
 Waktu
5
5
5
5
5
5
5
5
40
1











2











3











4











5











Dst.












Pedoman Penilaian :
1. Skor  30 – 40  =  Sangat Baik
2. Skor  19 – 29  =  Baik
3. Skor   8  - 18  =  Kurang Baik








[1] T.Ibrahim, Membangun, 46.
[2]  Wahid Sy, Akidah, 28-29.
[3] T.Ibrahim, Membangun, 48.
[4]  Al Azhar, Aqidah, 59.
[5]  Wahid Sy, Akidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah Kelas VII Semester 1 dan 2 (Bandung: CV ARMICO, 2008), 30-31.
[6] Ibid, 50.
[7]  Wahid Sy, Akidah, 34.
[8]  T.Ibrahim, Membangun, 52.
[9]  Wahid Sy, Akidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah Untuk Kelas VIII Semester 1 dan 2 (Bandung: CV Armico,2009), 36.
[10] Ibid, 36-37.
[11]  Wahid Sy, Akidah, 39.
[12]  Al Azhar, Aqidah, 53.

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Labels

followers