Rabu, 25 April 2012

tafsir


MAKALAH
            Di Ajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“ TAFSIR ”
 







Dosen pembimbing:
Dr. H. Amir Maliki Abi Tholkhah, M.Ag

Disusun Oleh:
Evi Fitriyani                              D71210138
Nungky Fitri Nur’Aini              D91210146

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
2011
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Al Quran adalah firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW secara bertahap melalui perantara malaikat jibril, di dalamnya berisi tentang berbagai macam ilmu-ilmu ketauhidan, syariat, aqidah, muamalah dan ilmu-imu yang lain, Al Quran merupakan kitab penyempurna dari tiga kitab yang diturunkan Allah SWT kepada nabi-nabi sebelumnya yaitu Taurat, Injil dan Zabur, ciri bahasa Al Quran adalah global atau masih bersifat umum, oleh karenanya dalam memahami Al Quran dibutuhkan penafsiran secara mendalam. Penafsiran Al Quran yang pertama kali dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW kemudian berlanjut pada masa sahabat-sahabat nabi diteruskan oleh
tabiin, didalam Al-Quran akan banyak dijumpai ayat-ayat yang menyebutkan tentang manusia meliputi kelebihan dan kekurangan manusia.
Dalam makalah ini kami akan mencoba menyampaikan beberapa ayat yang menyajikan tentang manusia meliputi kelebihan dan kekurangan manusia sesuai yang terdapat dalam Al-Quran serta dengan didukung literatur-literatur yang telah kami dapatkan, dimana ayat-ayat tersebut yakni surat Ali Imran ayat 103 dan surat An Nisa’ ayat 58.

B.    Rumusan Masalah
1.     Bagaimana Tafsir Mufradat Surat Ali Imran ayat 103 dan An Nisa’ ayat 58?
2.     Bagaimana Analisis Kebahasaan dari ayat-ayat tersebut?
3.     Bagaimana sabab nuzul ayat-ayat tersebut?
4.     Bagaimana Munasabah antar ayat dan hadits yang terkait?
5.     Bagaimana kandungan ayat yang dapat diambil?

C.    Tujuan dan Manfaat
1.     Mengetahui Tafsir Mufradat Surat Ali Imran ayat 103 dan An Nisa’ ayat 58.
2.     Mengetahui  Analisis Kebahasaan dari ayat-ayat tersebut.
3.     Mengetahui sabab nuzul ayat-ayat tersebut.
4.     Mengetahui  Munasabah antar ayat dan hadits yang terkait.
5.     Mengetahui  kandungan ayat yang dapat diambil.





























BAB II
PEMBAHASAN

1.     Surat Ali Imran ayat 103
A.       Ayat dan Terjemah :

(#qßJÅÁtGôã$#ur È@ö7pt¿2 «!$# $YèÏJy_ Ÿwur (#qè%§xÿs? 4 (#rãä.øŒ$#ur |MyJ÷èÏR «!$# öNä3øn=tæ øŒÎ) ÷LäêZä. [ä!#yôãr& y#©9r'sù tû÷üt/ öNä3Î/qè=è% Läêóst7ô¹r'sù ÿ¾ÏmÏFuK÷èÏZÎ/ $ZRºuq÷zÎ) ÷LäêZä.ur 4n?tã $xÿx© ;otøÿãm z`ÏiB Í$¨Z9$# Nä.xs)Rr'sù $pk÷]ÏiB 3 y7Ï9ºxx. ßûÎiüt6ムª!$# öNä3s9 ¾ÏmÏG»tƒ#uä ÷/ä3ª=yès9 tbrßtGöksE ÇÊÉÌÈ  
Artinya :”Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”


B.       Tafsir Mufrodat :
a.      اعتصموا  I’tashimu terambil dari kata (عصم ) ashama, yang bermakna menghalangi. Penggalan ayat ini mengandung perintah untuk berpegang kepada tali Allah yang berfungsi menghalangi seseorang terjatuh.[1]
b.     حبل habl  yang berarti tali, adalah apa yang digunakan mengikat sesuatu guna mengangkatnya ke atas atau menurunkannya ke bawah agar sesuatu itu tidak terlepas atau terjatuh.
c.      جميعا jami'an/ semua dan ولاتفرّقوا wa la tafarraqu/ janganlah bercerai berai. Artinya Berpegang teguhlah, yakni upayakan sekuat tenaga untuk mengaitkan diri satu dengan yang lain dengan tuntunan Allah sambil menegakkan disiplin kamu semua tanpa kecuali.[2]
d.     فأ لّف بين قلو بكم  Fa allafa baina quluubikum, yakni mengharmoniskan atau mempersatukan hati kamu menunjukkan betapa kuat jalinan kasih sayang dan persatuan mereka, karena yang diharmoniskan  Allah bukan hanya langkah-langkah mereka tetapi hati mereka.[3]
e.      شَفَاالْحُفْرَة  Syafal Hufrah/ pinggiran jurang , kata ini dipakai sebagai kiasan yang menunjukkan dekatnya masa kehancuran . Maka dikatakan Asyfaa ‘alal halak (mendekati masa kehancurannya) atau ia telah sampai ke pinggir kehancuran.[4]

C.         Analisis Kebahasaan :
            ”Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”
Kalau demikian, ukhuwah ini bersumber dari takwa dan Islam, yang merupakan pilar pertama itu. Asasnya berpegang teguh kepada tali Allah-janji, manhaj, dan agama-Nya. Bukan semata-mata berkumpul atas ide yang lain atau untuk tujuan yang lain, dan tidak pula dengan perantaraan tali lain dari tali-tali jahiliah yang banyak jumlahnya.
“Berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai.”
    Ukhuwah dengan berpegang pada tali Allah ini merupakan nikmat yang dikaruniakan sehingga dengan-Nya kepada kaum muslimin angkatan pertama dahulu. Ukhuwah merupakan nikmat yang diberikan Allah kepada orang-orang yang dicintai-Nya diantara hamba-hamba-Nya. Di sini Dia mengingatkan mereka akan nikmat itu. Diingatkan-Nya mereka bagaimana ketika mereka pada zaman Jahiliah dahulu saling bermusuhan, padahal tidak ada yang lebih sengit permusuhannya dari pada suku Aus dan Khazraj di Madinah.
    Tetapi, kemudian Allah mempersatukan hati kedua suku Arab tersebut dengan Islam. Karena, memang hanya Islam sajalah yang dapat mempersatukan hati-hati yang saling bermusuhan dan berjauhan ini. Tidak ada tali yang dapat mengikat mereka menjadi satu kecuali tali Allah, sehingga dengan nikmat Allah ini mereka menjadi orang-orang yang bersaudara. Juga tidak ada yang dapat mempersatukkan hati-hati ini kecuali ukhuwwah fillah ‘persaudaraan karena Allah’, yang karena dendam sejarah menjadi kecil, sentiment kesukuan menjadi hina, dan ambisi pribadi dan panji-panji golongan menjadi rendah. Maka, tersusunlah sebuah barisan dibawah kibaran panji-panji Allah yang Maha tinggi.
“Ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara.”
Diingatkan-Nya pula kepada mereka akan nikmat-Nya ketika menyelamatkan mereka dari neraka yang mereka sudah hampir terjatuh ke dalamnya. Mereka diselamatkan dari neraka dengan bimbingan-Nya kepada mereka untuk berpegang pada tali Allah (pilar pertama) dan dengan mempersatukan hati mereka, sehingga dengan nikmat Allah mereka menjadi orang-orang yang bersaudara (pilar kedua),
“Kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu darinya.”
Nash Al Qur’an ini sengaja menyebutkan “hati” tempat menyimpan perasaan dan jalinan-jalinan. Dia tidak mengatakan, “fa allafa bainakum’ Maka, Allah mempersatukan diantara kamu”,melaikan ditembusnya tempat penyimpaan yang dalam dengan mengatakan,”fa allafa baina quluubikum’Maka, Allah mempersatukan hatimu”. Digambarkanlah hati-hati mereka itu sebagai satu berkas atau satu ikatan yang disusun dan dipersatukan oleh tangan Allah, menurut ikatan dan perjanjian dengan-Nya.
Nash ini juga melukiskan gambaran keadaan meraka sebagai sebuah pemandangan yang hidup dan bergerak seiring dengan gerak hati mereka, “Kamu telah berada ditepi jurang neraka.” Ketika mereka bergerak jatuh ke dalam jurang neraka, tiba-tiba hati mereka melihat tangan Allah menggapai dan menyelamatkan mereka, tali Allah terentang untuk menjadi pegangan terlukislah keselamatan dan kebebasan setelah mereka diambang bahaya dan hampir terjerumus.
Ini adalah gambaran hidup, bergerak, menakutkan dan menggetarkan hati. Gambaran yang hampir memenuhi pandangan mata menembus generasi-generasi.
“Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”
Inilah sebuah gambaran usaha kaum Yahudi untuk memotong tali Allah yang mengikat orang-orang yang saling mencintai karena-Nya dan berdiri di atas manhaj-Nya untuk membimbing manusia ke jalan-Nya. Inilah sebuah gambaran tentang tipu daya abadi kaum Yahudi terhadap kau muslimin bersatu padu atas manhaj Allah dan berpegang pada tali-Nya. Inilah buah ketaatan kepada Ahli kitab, yang hampir saja dapat mengembalikan kaum muslimin generasi pertama menjadi kafir dengan saling membunuh diantara mereka, dan dengan memotong tali Allah yang mempersatukan mereka dalam hidup bersaudara dan bersatu padu. Inilah benang merah yang menghubungkan antara ayat ini dengan ayat-ayat sebelumnya dalam konteks ini.
Akan tetapi, muatan petunjuk ayat ini lebih luas jangkauannya dari pada peristiwa ini. Ia bersama ayat-ayat sebelum dan sesudahnya dalam konteks ini, mengisyaratkan bahwa di sana terdapat gerakan yang konstan (terus-menerus) dari kaum Yahudi untuk merobek-robek barisan kaum muslimin di Madinah, serta menebarkan fitnah dan mengembuskan perpecahan dengan segala cara. Peringatan-peringatan Al Qur’an yang terus menerus agar jangan menaatai dan mendengarkan bujuk rayu dan provokasi Ahli Kitab, serta agar jangan berpecah-belah sebagaimana mereka berpecah-belah, mengisyaratkan dengan sungguh-sungguh terhadap apa yang bakal dialami kaum muslimin akibat tipu daya kaum Yahudi di Madinah ini, beserta bibit-bibit perpecahan, keraguan, dan kekacauan yang terus mereka tebarkan.
Begitulah kelakuan kaum Yahudi pada setiap masa, dan itu pula yang mereka kerjakan terhadap barisan Islam sekarang dan besok, di semua tempat.
D.         Sabab Nuzul :
Faryabi dan Ibnu Abu Hatim mengetengahkan dari Ibnu Abbas, katanya, “ di masa  jahiliya,diantar suku-suku aus dan khazraj terdapat persengketaan. Sementara mereka sedang duduk-duduk, teringatlah mereka akan peristiwa yang mereka alami, sehingga mereka pun jadi marah lalu sebagian bangkit mengejar lainnya dengan senjata. Maka turunlah ayat, “ Kenapa kamu menjadi kafir…” serta dua ayat berikutnya.”[5]

E.          Munasabah Antar Ayat dan Hadits Terkait :
واعتصموا بحبل الله جميعا وَّلاَ تَفَرَّ قُوْا
Berpegang tegulah kamu kepada kitabullah dan janji-Nya yang telah dijanjikan kepadamu. Dalam perjanjian itu, terkandung perintah agar kamu hidup rukun dan bermasyarakat untuk taat kepada Allah dan Rasul-Nya serta melaksanakan perintahnya.
Agama telah diseruhkan dalam kekuasaan dan pengaturannya terhadap jiwa tersebut, yang harus sesuai dengan undang-undang dan pokok-pokoknya, disamping hal-hal yang bertalian erat dengan wajibnya beramal, sesuai dengan hidayah agama, bagai tali yang kuat, dan orang-orang harus berpegang padanya dengan kuat sehingga aman lah dirinya dari kesesatan. Jadi seolah orang-orang yang berpegang padanya adalah kaum yang berada pada dataran tinggi, dan dikawatirkan  akan jatuh dari ketinggian. Dengan demikian mereka perlu berpegang pada tali yang kuat, lalu menghimpun semua kekuatan sehingga mereka selamat dari kejatuhan. Dalam sebuah hadits disebutkan :
القران حبل الله المتين,لاتنقضى عجا ئبه,ولا يخلق على كثرة الرد من قال به صدق, ومن عمل به رشد,ومن اعتصم به هدى الى صراط مستقيم
“Al-Qur’an merupakan tali Allah yang kuat , keajaibannya tidak pernah habis, dan tidak membosankan sekalipun banyak  yang diulang-ulang. Barangsiapa berkata padanya benarlah dia, dan barangsiapa mengamalkannya mendapatkan bimbingan dan orang yang berpegang teguh padanya mendapatkan hidayah kejalan yang lurus.”
Dan dalam ayat lain yang sama artinya adalah firman Allah SWT :
¨br&ur #x»yd ÏÛºuŽÅÀ $VJŠÉ)tGó¡ãB çnqãèÎ7¨?$$sù ( Ÿwur (#qãèÎ7­Fs? Ÿ@ç6¡9$# s-§xÿtGsù öNä3Î/ `tã ¾Ï&Î#Î7y 4 

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Labels

followers