Rabu, 25 April 2012

studi hadist 2


BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Secara historis, kritik atau seleksi (matan) hadits dalam arti upaya untuk membedakan antara yang benar yang benar dan yang salah telah ada dan dimulai pada masa Nabi masih hidup meskipun dalam bentuk yang sederhana. Praktik penyelidikan atau pembuktian untuk meneliti hadits Nabi pada masa itu tercermin dari kegiatan para sahabat pergi menemui atau merujuk kepada Nabi untuk membuktikan apakah sesuatu berita yang diterima, benar-benar telah dikatakan atau dilakukan oleh beliau. Praktik tersebut antara lain pernah dilakukan oleh Ali bin Abi Thalib, Ubay bin Ka’ab, Abdullah bin ‘Amr, ‘Umar bin Khattab, Zainab istri ibn Mas’ud, dan lain-lain. Hal ini perlu dilakukan karena merebaknya pemalsuan hadits pada masa periwayatan dan telah merebaknya kekeliruan pada masa periwayatan. Karena itu disamping kritik sanad, dibutuhkan pula kritik lain, yakni kritik matan supaya keduanya saling menunjang dalam rangka membedakan antara hadits yang dapat diterima dan hadits mana yang seharusnya ditolak.

B.   Rumusan Masalah
1.     Pengertian kritik matan
2.     Tujuan kritik matan
3.     Tujuan penelitian redaksi kritik matan
4.     Matan hadist yang ditakhrij
5.     Teks hadist
6.     Skema sanad hadist per Mukharij.
7.     Skema sanad gabungan dari semua Muikharij.
8.     Analisa keadaan sanad
9.     Analisa kritik matan
10.  Kesimpulan



BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Kritik Matan
Kata “kritik” berasal dari bahasa yunani “krites” artinya seorang hakim, “krietion” yang berarti dasar penghakiman. Sedangkan “al-matan” yaitu teks riwayat atau teks hadits. Dalam konteks tulisan ini kata kritik dipaki untuk menunjuk kapada kata an-naqd dalam study hadits. Kata an-naqd memiliki pengertian yang sama dengan kata tamyiz yang berarti memisahkan sesuatu dari sesuatu yang lain. Menjelaskan kebenaan atau ketidakbenaran penishbatan riwayatseperti inilah yang disebut “kritik” atau an-naqd.
Dengan demikian, kritik disini ialah usaha untuk menyeleksi matan-matan hadits sehingga dapat ditentukan antara matan-matan hadits yang shahih atau lebih kuat dan yang tidak. Kritik disini ditujukan kepada sanad yang yang menyampaikan kita kepada hadits Rasul SAW. hal ini didasarkan kepada kaidah-kaidah dan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh sanad, sehingga diduga benar. “kritik” ini memiliki dua metode, yaitu metode “krtik intern” dan metode “kritik ekstern”. Yang dimaksud “krtik ekstern” adalah kritik sanad, yakni jalur yang menyampaikan kepada sumber riwayat yang terdiri dari sekumpulan periwayat yang masing-masing mengambil riwayat dari riwayat sebelumnyadan menyampaikannnya kepada periwayat setelahnya sampai kepada orang yang mentakhrij hadits (mukharrij). Sedangkan “krtik intern” adalah kritik matan , tatkala para ahli mengatakan bahwa hadits ini shahih tidk sama dengan pernyataan mereka bahwa , hadits itu shahih. Karena tidak menutup kemungkinan , hadits yang sanadnya shahih memiliki matan yang tidak shahih. Karena itu agar suatu hadits dinilai shahih memiliki matan yang shahih, maka setelah dilakukan kritik sanad harus pula dilakukan kritik matan[1].
Untuk keshahihan matan para ulama memberikan tiga kriteria, yaitu :
1.     Sanadnya bersambung (sampai kepada Nabi).
2.     Diriwayatkan oleh periwayat yang bersifat tsiqah (adil dan dhabit) sampai akhir sanad.
3.     Dalam (sanad dan matan) hadits itu tidak terdapat kejanggalan (syuzuz) dan cacat (‘iilat).

B.   Tujuan Kritik Matan
1.     Untuk mendapatkan data teks hadits yang mempertahankan formula keshahihan redaksi dengan makna hadits, dengan mengeleminir unsure sisipan, tambahan yang mengganggu dan pertentangan dengan dalil-dalil yang lebih kuat.
2.     Agar mendapatkan redaksi yang akurat.

C.    Tujuan Penelitian Redaksi Matan
1.     Mewaspadai gejala idraj (sisipan kata) oleh perawi sahabat.
2.     Mewaspadai gejala Taq’ib (pindah tata letak kata)
3.     Mewaspadai gejala Idhthirab (kekacauan/rancu)
4.     Mewaspadai gejala Tashif/Tahrif (perubahan)
5.     Mewaspadai gejala Ziyadah (penambahan anak kalimat)
6.     Mewaspadai gejala Reduksi (penyusutan)

D.    Lafadz Hadits yang di Takhrij

حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ ح و حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا أَبِي جَمِيعًا عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ مَا تَرَكَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ رَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعَصْرِ عِنْدِي قَط – مسلم
Terjemah Hadits:
Artinya:Telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb telah menceritakan kepada kami jarir dalam jalur lain dan telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair telah menceritakan kepada kami bapakku semuanya dari Hisyam bin Urwah dari bapaknya dari Aisya ia berkata ; menurutku, Rasullullah Shallallahualaihi wasallam.” Sama sekali tidak pernah  meninggalkan dua rakaat sesudah ashar.



رسول الله

 
                                                                                                                                                                                                           
 














Pendukung Matan Hadits Utama dengan Hadits yang Semakna.

a.     Hadits dari Shahih Bukhari  556

حد ثنا مسد د قال حدثنا يحي قال حدثنا هشام قال أخبرني أبي قالت عائشة ابن اختي ما تر ك النبي صلى الله عليه وسلم السجد تين بعد العصر عندي قط

Artinya: “Telah menceritakan kepada kami musaddad berkata, telah menceritakan kepada kami yahya berkata, telah menceritakan kepada kami hisyam berkata, telah mengabarkan kepadaku bapakku Aisyah berkata yaitu anak saudara perempuanku, nabi saw, tidak pernah meninggalkan dua rakaat setelah shalat ashar.”
 













b.     Hadits dari Sunan an-nasa’i  570

أخبرنا عبيد الله بن سعيد قال حد ثنا يحي عن هشام قال أ خبرني أبي قال قالت
عائشة ما ترك رسول الله صلى الله عليه وسلم السجدتين بعد العصر عندي قط

Artinya: “Telah mengabarkan kepada kami ubaidullah bin said dia berkata, telah menceritakan kepada kami yahya dari hisyam dia berkata, telah mengabarkan kepadaku bapakku dia berkata, aisyah ra,berkata Rasulullah Saw sama sekali tidak pernah meninggallkan dua rakaat setelah ashar di sampingku.”
 












c.      Hadits dari Musnad ahmad 18899

حدثنا عبد الصمد قال حدثنا أبو دارس صاحب الجور قال ثنا أبو بردة بن أبي موسى عن أبي موسى أنه رأى النبي صلى الله عليه وسلم يصلى ركعتين بعد العصر
Artinya: “Telah menceritakan kepada  kami abdush shamad dia berkata, telah menceritakan kepada kami abu daris shahibul jauria berkata, telah menceritakan kepada kami abu burdah bin abu musa dari abu musa bahwa ia melihat nabi saw shalat dua rakaat setelah ashar.”
 










d.     Hadits dari Sunan Ad Darimi 1399

أخبرنا فروة بن أبي المغراء حدثنا علي بن مسهر عن هشام بن عروة عن أبيه عن عائشة قالت ما ترك رسول الله صلى الله عليه وسلم ركعتين بعد العصر قط

Artinya : “Telah mengabarkan kepada kami farwah bin abu al maghro telah menceritakan kepada kami ali bin mushir dari hisyam bin urwah dari ayahnya dari aisyah ia berkata, Rasulullah Saw tidak pernah meninggalkan dua rakaat setelah shalat ashar.”

 
















Text Box: رسول اللهSkema Sanad Hadits Pendukung
 

















                                                                                                                                                    
Text Box: النسائى
Text Box: مسلم Text Box: أحمد
 


a.     Biografi Para Perawi Hadits Utama

Perawi  adalah orang yang menuturkan (meriwayatkan) hadits. Dalam hal hadits Nabi saw. Yang bertindak sebagai perawi pertama adalah para sahabatnya, sedangkan perawi terahir adalah para mukharrij, seperti Abu Dawud, Al-Bukhari, Ibnu Majah, Muslim dan sebagainya.
Untuk mengetahui persambungan sanadnya, maka kita perlu mengetahui biografi para perawi hadits,  baik meliputi: Nama Lengkap, Tahun Lahir dan Wafatnya, Hubungan Guru dan Murid,  dari masing-masing perawi.
1.        Biografi Aisyah.
Aisyah Binti Abu Bakar Radhiyallahu ‘anha.Aisyah adalah istri Nabi Shallalahu ‘alaihi Wassalam putri Abu Bakar ash-Shiddiq teman dan orang yang paling dikasihi Nabi, Aisyah masuk Islam ketika masih kecil sesudah 18 orang yang lain. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam memperistrinya pada tahu 2 H.
Beliau mempelajari bahasa, Syair, ilmu kedokteran, nasab-nasab dan hari-hari Arab . Berkata Az-Zuhri “ Andaikata ilmu yang dikuasai Aisyah dibandingkan dengan yang dimiliki semua istri Nabi Shallallahu ’alaihi Wassalam dan ilmu seluruh wanita niscaya ilmu Aisyah yang lebih utama”. Urwah mengatakan “ aku tidak pernah melihat seorangpun yang mengerti ilmu kedokteran, syair dan fiqh melebihi Aisyah”.
Aisyah meriwayatkan 2.210 hadits, diantara keistimewaannya beliau sendiri kadang kadang mengeluarkan beberapa masalah dari sumbernya, berijtihad secara khusus, lalu mencocokannya dengan pendapat pada sahabat yang alim. Berkenaan dengan keahlian Aisyah, Az-Zarkasyi mengarang sebuah kitab khusus berjudul Al-Ijabah li Iradi mastadrakathu Aisyah ‘ala ash Shahabah.
Hadits yang dinisbatkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam menyatakan bahwa beliau bersabda “ Ambillah separuh agama kalian dari istriku yang putih ini “, Sesungguhnya hadist ini tidak bersanad. Ibnu Hajar. Al-Mizzi, Adz Dzahabi dan Ibnu Katsir menandaskan bahwa hadist itu dusta dan dibuat buat.
Aisyah meriwayatkan hadits dari ayahnya Abu Bakar, dari Umar, Sa’ad bin Abi Waqqash, Usaid bin Khudlair dan lain lain. Sedangkan sahabat yang meriwayatkan dari beliau ialah Abu Hurairah, Abu Musa al-Asy’ari, Zaid bin Khalid al-Juhniy, Syafiyah binti Syabah dan beberapa yang lain. Tabi’in yang mengutip beliau ialah: Sa’id bin al-Musayyab, alqamah bin Qais, Masruq bin al-Ajda, Aisyah binti Thalhal, Amran binti Abdirrahman, dan Hafshah binti Sirin. Ketiga wanita yang disebutkan terakhir adalah murid murid Aisyah yang utama Ilmu Fiqh.
Sanad yang paling shahih adalah yang diriwayatkan oleh Yahya bin Sa’id dan Ubaidullah bin Umar bin Hafshin, dari Al Qasim bin Muhammad, dari Aisyah. Juga diriwayatkan oleh az-Zuhri atau Hisyam bin Urwah, dari Urwah bin az-Zubair, dari Aisyah. Yang paling Dlaif adalah yang diriwayatkan oleh al-Harits bin Syabl, dari Umm an Nu’man dari Aisyah. Aisyah wafat pada 57 H, dan Abu Hurairah ikut mensholatkannya.
2.        Biografi  Urwah bin Zubair
Nama sebenarnya adalah Abu Muhammad Urwah bin Zubair bin al-Awwam al-Quraisy. Beliau adalah salah seorang tabi’in besar dan salah seorang penghapal hadits yang sangat baik. ‘Urwah dilahirkan di Madinah pada tahun 23 H, pada akhir masa kekhalifahan ‘Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu.
Ia menerima hadits dari ayahnya sendiri az-Zubair, dari saudaranya Abdullah dari ibunya ‘Asma binti Abu Bakar as-Shiddiq, dari saudara ibunya Aisyah, dari Said bin Zaid Hakim bin Hizam, dari Abu Hurairah dan dari yang lainnya.
Hadist haditsnya diriwayatkan oleh Atha’, Ibnu Abi Mulaikah, Abu Salamahbin Abdurahman, az-Zuhry, Umar bin Abdul Aziz, dan lima orang anaknya yaitu Hisyam, Muhammad, Yahya, Abdullah dan Utsman.
Ia dikenal orang yang tsiqah dan kuat hapalannya, Ibnu Syihab az-Zuhry berkata,” Demi Allah, kami hanya mempelajari 1 suku hadits dari 2000 suku hadits”. Sedangkan Muhammad bin Sa’ad berkata,” Orang yang paling mengetahui tentang hadits hadits Aisyah ada 3 orang yaitu : al-Qasim, ‘Urwah dan ‘Amrah”. Ia wafat pada tahun 94 H
3.        Biografi Hisyam bin Urwah
Kalangan: Tabi’ul atba’ kalangan tua
Kuniyah: Abu Al Mundzir
Negeri hidup: Madinah
Tahun wafat: 145 H
Komentar ulama’ terhadap perawi:
-        Abu Hatim: “Tsiqah, Imam fil hadits”
-        Adz Dzahabi: seorang tokoh
-        Al ‘Ajli: Tsiqah
-        Ibnu Hajar Al Aqalani: Tsiqah, Faqih
-        Ibnu Hibban: Disebutkan dalam ‘ats tsiqaat
-        Ibnu sa’d “Tsiqah tsabat
-        Ya’qub bin Syaibah: Tsiqah tsabat
Jumlah hadits yang diriwayatkan:
-        Bukhori: 349
-        Muslim: 185
-        Abu Daud: 108
-        Tirmidzi: 76
-        Nasa’i: 122
-        Ibnu Majah: 101
-        Ahmad: 465
-        Malik: 122
-        Darimi: 56
4.     Biografi Abdullah bin Numair
Kalangan: Tabi’ut tabi’in kalangan biasa
Kuniyah: Abu Hisyam
Negeri hidup: Kuffah
Tahun wafat: 199 H
Komentar ulama’ terhadap perowi:
-      Abu Hatin: Mustaqimul hadits
-      Adz Dzahabi: Hujjah
-      Ibnu Hajar: Tsiqah
-      Ibnu Hibban: disebutkan dalam ‘ats tsiqaat
-      Yahya bin ma’in: Tsiqah
Jumlah hadits yang diriwayatkan:
-      Bukhori: 17
-      Muslim: 290
-      Abu Daud: 33
-      Tirmidzi: 32
-      Nasa’i: 12
-      Ibnu Majah: 107
-      Ahmad: 377
-      Malik: 0
-      Darimi: 5

5.   Biografi Jarir
Nama lengkap beliau adalah Zarir bin Abdul Hamid bin Qarth. Kunyahnya adalah Abu abdillah. Beliau lahir di kuffah dan meninggal pada tahun 188 H. Gurunya Ibrahim bin Yazid bin Qais, Suhail bin Salih Zakwan, Ismail bin Abi Khalid, Bayan bin Basyar, Hubaib bin Abi Amrah, Hasan bin Amruh dan lain-lain. Muridnya : Ibrahim bin Ishaq bin Isa, Ahmad bin al-Hajjaj, Ahmad bin Muhammad bin Musa, Hasan bin Amru, Zuhair bin Harb bin Syaddad dan lain-lain.
Mengenai integritas pribadinya menyangkut keadaalahan dan kedhabitannya, para ulama berpendapat sebagai berikut :
·         An-Nasa’i : Siqah
·         Abu Hatim al-Razi : Siqah
·         Muhammad bin Sa’id : Siqah
·         Abu al-Qasim al-Laliqa’i: Siqah
·         Al-Khalal : Siqah muttafaq’alaiah
Dari penilaian ulama mengenai integritas pribadinya menyangkut keadaalahan dan kedhabitannya di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tidak seorang ulama pun yang menilai buruk mengenai kapasitas kepribadian beliau.
  1. Biografi Zuhair bin Harbin
Nama lengkap beliau adalah Zuhair bin Harb bin Syaddad. Nama kuanyahnya Haisamah. Beliau lahir d Bagdad dan wafat pada tahun 334 H. Gurunya: Hibban bin Hilal, Hijjaj bin Muhammad, Jarir bin Hajm bin Zayd, Zarir bin Abdul Hamid bin Qarth, Hazin bin Masna, Hasan bin Musa dan lain-lain. Mengenai integritas pribadinya yang menyangkut keadalahan dan kedhabitan, para ulama berpendapat sebagai berikut:
·         Abu Hatim al-Rozi : Saduq
·         Yahya bin Ma’in : Siqah
·         Huzain bin Fahm : Siqah Sabt
·         An-nasa’i : Siqah Ma’mun
·         Ibnu Hibban : Mutqin Dhabit
·         Al- Khatib : Siqah Sabt Hafid Mutqin

  1. Biografi Muhammad bin Abullah bin Numair
Kalangan: Tabi’ut tabi’in kalangan tua
Kuniyah: Abu Abdur Rahman
Negeri hidup: Kuffah
Tahun wafat: 234 H
Komentar ulama’ terhadap perowi:
-        Abu Hatim: Tsiqah
-        Adz Dzahabi: Hafizh
-        Ibnu Hibban: disebutkan dalam ‘ats tsiqaat 

a.     Analisa Kualitas Sanad

Untuk menganalisis kualitas sanad maka diperlukan penjelasan rinci mengenai sanad masing-masing  hadist. Namun dalam makalah ini hanya menjelaskan hadits-hadits riwayat Imam Muslim yang tersusun dengan sanad di bawah ini :
Hadits yang diriwatkan oleh Imam Muslim diterima dari :
A. Dari Nabi saw. ( w. 11 H )
B.  Aisyah ( w. 57 H )
C.  Urwah bin Zubair ( w. 94 H )
D. Hisyam bin Urwah ( w. 145 H )
E.  Abdullah bin Numair ( w. 199 H )
F.  Jarir ( w. 188 H )
G. Zuhair bin Harbin ( w. 334 H )         
H. Muhammad bin Abdullah bin Numair ( w. 234 H )
I.    Imam Muslim
Dari sisi persambungan sanad , hadits yang diriwayatkan melalui  rangkaian perawi di atas dapat disimpulkan sebagai muttashil. Hal ini dapat dibuktikan bahwa masing-masing perawi dengan perawi terdekat sebelumnya pernah hidup satu generasi dan terbukti ada pertemuan, karena mereka memiliki hubungan guru dan murid sebagaimana yang dijelaskan dalam Kitab Tahdzib At-Tahdzib dan Tahdzib Al-Kamal Fi Asma’ Ar-Rijal.
·     Meneliti kualitas pribadi para perawi
Dari sisi keadilan dan kedlabitan (tsiqat), terbukti memenuhi persyaratan dan kriteria sebagaimana yang ditetapkan dalam persyaratan hadits yang shahih. Kesimpulan sanad Imam Muslim pada hadits utama di atas adalah Shahih Lidzatihi” .



[1] Dr. salahuddin Ibn Ahmad al-Adabi, Metodologi Kritik Matan Hadits, 2004, Gaya Media Pratama, Jakarta, hal:16.

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Labels

followers