Senin, 23 April 2012

filsafat islam


Nama              : Evi Fitriyani
Kelas               : B
NIM                : D71210138

ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN
( Ismail Ragi Al Faruqi)

Al faruqi menawarkan konsep islamisasi ilmu pengetahuan dan yang sekaligus menolak klaim ilmu-ilmu sosial Barat yang bersifat ilmiah dan obyektif karena pendekatannya yang bebas nilai (value free). Menurutnya Ilmu pengetahuan Barat, khususnya ilmu sosial akan bias pada nilai Barat yang dihayatinya. Karena itu yang menentukan adalah orang, manusia penghayat ilmu itu. Penghayatan nilai ilmuan itu yang menentukan apakah ilmunya berorientasi pada islam ataukah non-islam.
Apa yang dipaparkan Oleh Al Faruqi tersebut, menurut saya cukup beralasan. Saya setuju dengan pendapat Al Faruqi, disini saya menggaris bawahi mengenai pengetahuan Barat khususnya ilmu sosial akan bias pada nilai Barat yang dihayati, hal ini akan membawa dampak  pembaharuan terhadap budaya islam , yang disebabkan oleh sosialisasi masyarakat (komunikasi antar masyarakat) dan disini masyarakatlah memegang peranan sebagai obyek dalam islamisasi ilmu pengetahuan. Islamisasi disini, dimaksudkan adalah mengenai pengislaman terhadap dunia, yang mana masyarakat sosial terlibat dalam implikasinya.
Ilmu –ilmu Barat, khususnya pada bidang sosial sangat membawa dampak besar terhadap pola pikir manusia, yang sekarang ini orang muslim pun terjebak dalam lembah Keilmuan Barat, yang mana  orang muslim tersebut kebanyakan berfikir hanya dari segi ilmu umum tanpa menghayati ilmu tersebut yang memiliki kesinambungan dalam hal islam pula. Dalam hal ini, Al Faruqi berusaha untuk menjadikan islam sebagai acuan utama semua aspek kehidupan. Al Faruqi menginginkan pendidikan tinggi yang modern, yang mana ilmu-ilmu modern yang ada , digabung dengan studu islam, sejarah agama-agama, tradisi-tradisi agama lain.
Apa yang diinginkan Al Faruqi, menurut saya cukup baik, mengapa? Karena saya pikir cara tersebut dilakukan agar tidak menimbulkan dikotomi pengetahuan. Antara ilmu agama dan umum akan berjalan beriringan, supaya masyarakat bisa mengetahui berbagai ilmu pengetahuan, atau tidak hanya memiliki kemampuan di satu bidang pendidikan saja. Sebagai orang muslim, cara ini sangat efektif untuk memperoleh pengetahuan yang luas. Sedangakan letak urgen nya suatu islamisasi ilmu pengetahuan, saya fikir harus dilakukan kepada obyek pencari ilmu pengetahuan yakni manusia. Semua ilmu yang ada, bersifat global, alias bisa ditelaah oleh berbagai agama atau kalangan hanya saja dalam menghayati ilmu-ilmu yang ada, itu semua tergantung individunya masing-masing. Apakah ilmu itu dipahami dalam segi keislaman atau justru sebaliknya.
Namun, setelah ilmu pengetahuan yang dihayati secara islami oleh obyeknya (manusia/orang), timbulah permasalahan lain yang tak kalah penting dalam perkembangan islamisasi ilmu pengetahuan ini, yakni sejauh manakah orang islam mampu menjelaskan pada halayak tentang hubungan mengenai nilai-nilai dasar yang ada di agama islam yakni Al Quran dan Sunnah dengan ilmu-ilmu yang ada. Agar alasan-alasan yang ada dapat diterima dalam perkembangan ilmu pengetahuan modern.
Saya fikir, untuk menjadi seorang muslim yang berwawasan luas, haruslah mendalami islam secara mendetail dan mampu menganalisis hubungan antara nilai-nilai yang terkandung dalam Al Quran dan Sunnah dengan ilmu-ilmu modern yang ada, agar orang muslim saat disuruh pertanggung jawaban pemikiran yang dimiliki kepada masyarakat luas, tidaklah canggung dalam menjelaskan bahwa orang muslim juga memiliki ilmu yang benar dari segala aspek. Dipandang benar dalam segi metodologi maupun nilai-nilai islam, dan dapat diterima oleh berbagai kalangan, dengan tujuan supaya orang muslim tidak tertinggal dalam memperoleh ilmu pengetahuan yang terus berkembang ini.
Al Faruqi juga menggagaskan agar islamisasi ilmu pengetahuan harus mampu menunjukkan hubungan antara realitas dan aspek kewahyuan dari realitas itu. Masalahnya adalah untuk mengerti dan memahami prinsip-prinsip bahkan istilah-istilah dalam wahyu itu sendiri harus memanfaatkan ilmu pengetahuan. Tanpa memanfaatkan ilmu pengetahuan dalam memahami wahyu, umat islam akan terus tertinggal dalam pentas sejarah yang secara nyata ditentukan oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti yang selama ini terjadi.
Maksudnya bahwa wahyu adalah pemikiran lama khususnya tidak sesuai dengan pemikiran sekarang karena masyarakat didorong oleh pengetahuan dan teknologi, saya setuju kalau Al Farabi berpendapat bahwa memahami wahyu tanpa dipahami dengan pengetahuan umat islam tertinggal. Karena saat ini wahyu bukan sekadar  dipahami secara tekstual saja, namun harus dipahami secara luas pula sesuai dengan perkembangan zaman.
Saya kira wahyu dan pengetahuan itu suatu hal yang hampir sama peletakkan urgennya. Namun istilah wahyu itu muncul sebelum adanya istilah pengetahuan. Wahyu muncul di kalangan bangsa arab yang saat itu ada berbagai kepercayaan baik islam maupun Kristen. Sejalan dengan perkembangan  zaman akhirnya istilah wahyu hanya dipahami secara tekstual saja, dengan anggapan seperti inilah wahyu seakan-akan tergeser oleh istilah pengetahuan. Saya fikir wahyu itu berhubungan dengan hal-hal yang baik sehingga wahyu bisa dipercayai banyak manusia. Wahyu seakan-akan dapat menjelaskan berbagai hal yang berhubungan dengan pengetahuan, seperti terjadinya alam, di Al quran pun diterangkan.hal ini menunjukkan bahwa wahyu yang diturunkan kepada nabi Muhammad ini, bisa menjawab persoalan yang ada. Tapi, penjelasan yang ada hanya secara gelobal saja, mengenai hal-hal yang terperinci, maka ilmu pengetahuan lah yang dapat memberi penjelasan selanjutnya. Wahyu dan Ilmu Pengetahuan berjalan beriringan, sehingga dikatakan tadi  bahwa wahyu harus memanfaatkan ilmu pengetahuan, tanpa ini kita tidak bisa memahami wahyu.
Selanjutnya yakni Sasaran yang dicoba al Faruqi dari rencana kerja Islamisasi ilmu pengetahuan yang memiliki beberapa tahapan sistematis pencapaiannya. Kelima sasaran tersebut meliputi:
a.      Menguasai disiplin-disiplin modern;
b.     Menguasai khazanah Islam;
c.      Menentukan relevansi Islam yang spesifik pada setiap bidang ilmu  pengetahuan modern;
d.     Mencari cara-cara untuk melakukan sintesa kreatif antara khazanah Islam dengan khazanah ilmu pengetahuan modern;
e.      Mengarahkan pemikiran Islam ke lintasan-lintasan yang mengarah pada pemenuhan pola rancangan Allah.
Menguasai disiplin-disiplin modern ini, menurut saya kita harus bisa atau pintar-pintar dalam memahami problema-problema yang ada, dengan cara menyendirikan atau memilah-milah permasalahan yang ada dan mengkatagorikannya. Penguasan ini sangat diperlukan karena hal ini menjadi dasar pelaksanaan sasaran pencapaian islamisasi ilmu pengetahuan selanjutnya. Pelaku yang akan melakukan sasaran pertama ini, seharusnya memiliki kemampuan dalam memahami karakter masing-masing obyek islamisasi. Karena ditakutkan akan timbul prasangka yang salah.
Penguasaan terhadap khazanah islam, memang perlu tapi alangkah baiknya kita tidak hanya menguasai hal ini saja, penguasaan maupun pemahaman terhadap hal-hal lain juga diperlukan agar tidak salah kaprah dalam mengislamisasikan ilmu pengetahuan. Kita dituntut untuk menguasai berbagai hal, semakin banyak pengetahuan yang dimiliki semakin mudah pula kita dalam membandingkan hal-hal satu dengan yang lain.
Menentukan relevansi islam yang spesifik pada setiap bidang ilmu pengetahuan modern, yang harus dilakukan yakni al quran dan sunnah apakah bisa di sumbangkan sebagai sumber pemikran-pemikiran? Saya kira bisa, karena al quran merupakan wahyu dan kita telaah kembali pembahasan yang diatas tadi, bahwa wahyu itu berhubungan dengan suatu yang baik dan benar, sehingga al quran boleh dijadikan pedoman dalam berfikir. Selanjutnya sumbangan ilmu tersebut seberapa besar kita dapat mengasihnya dan apakah hal tersebut membawa banyak manfaat atau tidak.yang terakhir apakah hal ini ditengok orang atau justru di kesampingkan?hal ini yang menjadi tantangan kita dalam melakukan islamisasi ilmu pengetahuan.
Mencari cara-cara untuk melakukan sintesa kreatif antara khazanah Islam dengan khazanah ilmu pengetahuan modern, ini perlu adanya jiwa kreatif pada diri muslim karena kretif itu faktor yang paling di ingat oleh kebanyakan orang. Mampu membandingkan khazanah islam dan khazanah ilmu pengetahuan modern, agar kedepannya kita bisa membuat hal-hal baru dalam perkembangan zaman. Pemikiran kita dituntut untuk tidak monotone dalam berkreasi.
Mengarahkan pemikiran Islam ke lintasan-lintasan yang mengarah pada pemenuhan pola rancangan Allah, hal yang sangat penting dalam pencapaian sasaran islamisasi ilmu pengetahuan. Karena Allah lah Dzat yang maha segala-galanya, tanpa Allah kita tidak bisa Melakukan apa-apa.
Mungkin sekian analisis saya mengenai islamisasi ilmu pengetahuan yang di paparkan oleh Al Faruqi. Kurang lebihnya saya mohon maaf.


0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Labels

followers